Suara.com - Konsultan Komunikasi Politik, Irfan Wahid atau Gus Ipang Wahid, takjub dengan kepemimpinan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), khususnya dalam mengendalikan politik Indonesia tanpa memiliki partai politik. Menurutnya, hal ini menjadikannya seorang "Maestro politik."
Ipang Wahid menceritakan baru-baru ini ia bertemu dengan Jokowi di Solo. Meskipun sudah menjabat sebagai Presiden selama dua periode, Ipang menilai Jokowi tetap mempertahankan sikap yang khas: ramah, humble, dan sederhana, namun tetap penuh misteri.
"Ngobrol sama Pak Jokowi, ya, ada yang menarik, tapi Pak Jokowi masih tetap sama. Ramah, humble, sederhana dan misterius. (Masih) misterius, kita kan berusaha ngebaca juga ini langkah-langkah ke depan bagaimana,” ujar Ipang seperti dikutip dari unggahan akun Youtube The Authority, Kamis (2/1/2024).
Ipang juga mengamati kemampuan Jokowi dalam mengendalikan jalannya politik Indonesia, meskipun ia sudah tidak tergabung dalam partai politik manapun.
Menurutnya, Jokowi adalah seorang politisi yang memiliki banyak pilihan dalam membuat keputusan dan selalu mampu mengambil ide-ide brilian tanpa terburu-buru.
"Pak Jokowi tipe orang yang punya pintu banyak. Dari situ dia bisa lihat, mana ide-ide brilian yang bisa diadopsi tanpa harus memutuskan dalam waktu singkat. Dan itu hebat, Maestro gitu," ungkapnya.
Bagi Ipang, Jokowi mampu membuat semua pihak tunduk dan patuh pada kebijakan yang diterapkannya.
"Dia nggak punya partai politik, dia bisa mengendalikan semuanya. Itu kan luar biasa, semua orang tunduk dan patuh selama 10 tahun tegak lurus. 5 tahun terakhir coba bayangin," katanya.
Ipang menegaskan bahwa meskipun pandangan terhadap Jokowi bisa beragam, kemampuan politiknya yang luar biasa tetap tak terbantahkan. Dalam pandangannya, Jokowi adalah sosok yang telah berhasil menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan penuh strategi dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia.
Baca Juga: Ipang Wahid Ungkap Penyebab Kekalahan Telak Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta
“Itulah politik. Masalah orang suka apa nggak, ya, itu poin kedua. Tapi sebagai politik, dahsyat,” tutupnya. [Kayla Nathaniel Bilbina]