Suara.com - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, tampaknya memilih pendekatan berbeda dengan mengedepankan harmoni sebagai strategi utama sebelum masa pemerintahannya dimulai. Langkah ini dinilai sebagai upaya menciptakan stabilitas politik, sehingga pemerintahannya dapat lebih fokus pada isu-isu krusial seperti ekonomi.
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammad Romahurmuziy atau biasa disapa Rommy, menyoroti pendekatan ini sebagai langkah yang tidak biasa. Menurutnya, harmoni menjadi fondasi utama dalam strategi Prabowo.
“Pak Prabowo itu kan pikirannya harmoni banget. Lihat cara beliau menyusun kabinet, jumlahnya aja dibanyakin untuk mengakomodir semua elemen, kebutuhan, keinginan, permintaan. Dari situ saja sudah kelihatan bahwa Pak Prabowo itu sebenarnya bukan orang yang suka bermusuhan,” ujar Romy.
Pendekatan inklusif Prabowo dianggap berbeda dengan gaya kepemimpinan lainnya yang kerap menekankan perbedaan atau bahkan konflik.
Baca Juga: Didampingi Sri Mulyani, Prabowo Tiba di Kantor Kemenkeu, Umumkan PPN 12 Persen?
Romy menambahkan bahwa Prabowo tampaknya sadar bahwa perpecahan politik hanya akan menghabiskan energi yang seharusnya dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi nasional.
“Buat Pak Prabowo, persoalan bangsa ini terlalu besar hanya sekadar dihabiskan waktu untuk bermusuhan,” jelas Romy dalam unggahan akun YouTube Total Politik, Senin (30/12/2024).
Rekonsiliasi Sebagai Prioritas
Romy juga menyoroti bahwa langkah Prabowo mencerminkan upaya rekonsiliasi dalam politik nasional. Hal ini terlihat dari struktur kabinet yang inklusif, yang bertujuan merangkul berbagai elemen politik sebelum ia mulai menjabat.
“Pak Prabowo ingin semua urusan politik selesai sebelum beliau menjabat sehingga fokus beliau adalah ekonomi,” tegasnya.
Baca Juga: Dari 23 Ribu Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Selama 2024, 52 Persen Terselesaikan
Selain itu, Romy menilai bahwa langkah ini dapat menjadi pijakan untuk membentuk arah demokrasi Indonesia ke depan. Menurutnya, model demokrasi Asia, terutama di Asia Tenggara yang cenderung terpimpin, bisa menjadi alternatif yang sesuai dengan kebutuhan bangsa.
“Asia Tenggara demokrasinya itu memang cenderung demokrasi terpimpin. Perbedaan demokrasi Asia dengan demokrasi Barat itu bukan kemunduran,” ungkap Romy.
Menekan Biaya Politik
Dengan pendekatan harmoni ini, Prabowo juga dipandang ingin menekan biaya politik yang tinggi dan menghindari potensi konflik berkepanjangan. Romy menyebutkan bahwa langkah ini selaras dengan kebutuhan untuk melakukan reformasi terhadap sistem politik di Indonesia.
“Kita harus berani melakukan koreksi total terhadap arah perjalanan bangsa ini termasuk demokrasi,” tambahnya.
Pendekatan ini menjadi sorotan publik sebagai langkah strategis Prabowo dalam menciptakan landasan politik yang stabil, sehingga ia dapat fokus mengatasi tantangan utama bangsa, khususnya di bidang ekonomi. (Kayla Nathaniel Bilbina)