Suara.com - Komedian Stand Up terkenal, Mongol, yang juga aktif di dunia politik, mengungkapkan perjalanan panjangnya bergabung ke sejumlah partai. Mulai dari Perindo, NasDem, hingga kini bergabung dengan PSI.
Pemilik nama asli Rony Imannuel ini mengungkapkan, pengalaman dan tantangan yang dihadapinya selama berkecimpung di dunia politik, termasuk alasan di balik keputusan-keputusannya yang kontroversial.
“Sebenarnya yang paling pertama Perindo,” buka Mongol.
Ia mengaku mendaftar sebagai anggota melalui media sosial, tetapi selama dua tahun tidak mendapatkan tindak lanjut.
Baca Juga: Beda dari Bunga Zainal, Mongol Ogah Ambil Pusing Ditipu hingga Rugi Rp 53 Miliar
"Saya pengin banget masuk politik karena di Kristen ada pameo bahwa anak-anak Tuhan enggak boleh masuk dunia politik karena dunia itu abu-abu. Jadi saya ingin tahu, benar enggak sih tuduhan itu?" katanya.
Dari Perindo, ia kemudian bergabung dengan NasDem atas ajakan Ivanhoe Semen. Di sana, Mongol memulai sebagai kader biasa hingga dipercaya menjadi Ketua Garda Pemuda NasDem Sulawesi Utara, membawahi 15 kabupaten/kota.
“Saya berjuang benar-benar untuk memperbaiki Sulut. Bahkan Ketum menargetkan empat orang dari Garda harus jadi (anggota legislatif), dan kami berhasil meloloskan Hillary Brigitta Lasut sebagai anggota DPR RI termuda, Nick Adicipta Lomban jadi anggota DPRD Sulut,” ujarnya.
Namun, perjalanan politiknya di NasDem berakhir dengan kekecewaan. Ia merasa tidak dihargai ketika posisinya sebagai Ketua Garda Pemuda NasDem Sulut digantikan tanpa pemberitahuan.
“Maksudnya Mongol kan harusnya ngomong dulu, berarti Mongol kayak ngga dihargai. Udah lah, Mongol langsung menyatakan keluar dari Garda. Ngga ada yang perlu kupertanggungjawabkan karena kegiatan semua pakai duit saya,” jelasnya.
Baca Juga: Terungkap Alasan Mongol Stres Puasa Seks Selama 8 Tahun
Dari NasDem, Mongol lantas diajak bergabung dengan PSI oleh Jurani Rurubua. Di PSI, ia tetap aktif meski kini sedang cuti karena perbedaan dukungan di Pilkada Sulawesi Utara.
“Saya hubungi Sis Isyana, dan dia bilang, ‘Nggak usah keluar, cuti saja.’ Jadi saya mendukung calon yang berbeda, tapi hanya di Sulut,” katanya.
Dalam perjalanan politiknya, Mongol kerap mengorbankan banyak hal, termasuk dana pribadi untuk mendukung kegiatan partai.
“Semua kegiatan pakai uang saya sendiri. Saya sudah janji sama Tuhan, 12,8% dari penghasilan saya untuk daerah,” ujarnya.
Mongol menjelaskan bahwa salah satu motivasi di balik dedikasinya adalah pengalamannya menyaksikan korban perdagangan manusia yang menjadi pemicu.
“Saya bilang ke Tuhan, bagaimana kalau saya berbagi? Jadi saya buat sekolah akting gratis di Manado, bawa almarhumah Ria Irawan, Viva Westi, dan lainnya untuk melatih potensi lokal,” tambahnya.
Meski banyak tantangan, Mongol tetap optimis dan dewasa menghadapi segala rintangan di dunia politik.
“Saya percaya politik itu soal kedewasaan. Ada saatnya menang, ada saatnya belum tentu menang. Tapi kedewasaan yang membuat kita terus maju,” ujar Mongol. (Kayla Nathaniel Bilbina)