Dewi Fortuna Menyapa, Kisah Penjual Barang Bekas Kebayoran Lama Raih Keuntungan Tak Terduga

Selasa, 31 Desember 2024 | 09:36 WIB
Dewi Fortuna Menyapa, Kisah Penjual Barang Bekas Kebayoran Lama Raih Keuntungan Tak Terduga
Kisah Hakim dan Jam-jam Bekasnya di Kebayoran Lama [Faqih Fathurra/Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Matahari telah berada di ufuk barat, namun puluhan orang masih sibuk lalu-lalang mencari barang bekas di lapak-lapak yang berada di trotoar Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Hilir-mudik para pengunjung terus memburu barang yang mereka suka.

Beragam jenis barang, seperti mainan anak, kaset pita, buku hingga sepatu roda terdisplay ‘estetik’ di atas tepal dari berbagai lapak.

Dari puluhan pasang mata, tak jarang para ‘pemburu’ ikut melongok ke dagangan yang Hakim tawarkan. Pria paruh baya ini menjajakan jam tangan bekas mulai yang berkelas hingga yang sudah menjadi ‘bangkai’.

Hakim pun hanya sesekali melirik kepada para calon pembelinya. Ayah dua anak ini tak banyak omong, kecuali jika ditanya harga jam yang ditaksir oleh calon pembeli.

Baca Juga: Kaleidoskop 2024: Rentetan Masalah Polusi, Banjir, dan Kemacetan Masih Terjadi di Jakarta

Tangannya sibuk membalas pesan yang entah dari siapa. Sembari memfoto jam tangan yang sekiranya bisa ia tawarkan lewat online.

Hakim mengaku, awalnya ia merupakan ‘kolektor’ jam tangan. Koleksinya pun ia dapat dari hasil buruan di pasar loak.

Kisah Hakim dan Barang-barang Bekasnya di Kebayoran Lama [Faqih Fathurra/Suara.com]
Kisah Hakim dan Barang-barang Bekasnya di Kebayoran Lama [Faqih Fathurra/Suara.com]

Namun seiring waktu juga barang yang ia himpun telah menumpuk. Akibat desakan ekonomi, akhirnya Hakim terpaksa menjual jam tangan hasil buruannya.

“Awalnya suka ngoleksi jam, tapi karena kebutuhan harus dijual lagi,” kata Hakim, kepada Suara.com, Senin (30/12/2024).

Jam tangan yang ditawarkan Hakim memang tak banyak, namun ia menyusunnya dengan rapih sehingga terkesan yang ditawarkan bukan jam kacangan.

Baca Juga: Ditinggal Nikah Lagi, Istri Tua Pak Tarno Susah Tidur karena Kangen Berat

Harga yang ditawarkan Hakim juga bervariatif mulai dari yang paling mahal hingga yang paling murah. Saat ini Hakim hanya memiliki sebuah jam yang harga cukup lumayan mahal, yakni Seiko Daytona yang dibandrol dengan harga Rp1,5 juta.

“Tapi harga masih bisa nego,” ucapnya tersenyum, sembari memberitahu jam tersebut.

Selain jam berkelas seperti Seiko Daytona, Hakim juga mengaku menjual jam pintar yang kekinian. Namun sayangnya jam tangan pintar yang ditawari hakim tidak memiliki kardus dan charger.

“Ini masih nyala, keadaanya normal tapi gak ada cassannya,” ungkap Hakim.

Pria berusia 50 tahun ini mengaku telah 12 tahun melang-melintang di dunia barang loak. Namun baru 3 tahun lalu ia membuka lapak di Kebayoran.

Hakim mengaku, jika ‘Dewi Fortuna’ sedang mampir, dirinya bisa mengantongi uang Rp2-2,5 juta dalam sehari. Namun saat sedang buntung, ia hanya bisa mengantongi uang recehan saja.

Biasanya, hal yang membuat dirinya tidak bisa mengantongi cuan yang banyak, jika barang dagangan yang ditawarinya kurang menarik. Ditambah lagi faktor alam, seperti hujan yang bikin calon pembeli pada minggat.

Kebayoran Lama [Faqih Fathurra/Suara.com]
Kebayoran Lama [Faqih Fathurra/Suara.com]

“Kalau lagi dapat barang bagus uangnya lumayan, tapi kalau lagi biasa-biasa aja ya terima nasib,” ujarnya.

“Apalagi kalau memang hujan, yaudah dagangan ditutup plastik karena saya kan atasnya gak pakai terpal,” tambah Hakim.

Biasanya, barang-barang yang didapat dari Hakim merupakan pembelian dari para pedagang jam lain atau orang yang kebetulan datang untuk menjual.

Hal itu terjadi seiring waktu, lantaran saat ia baru saja membuka lapak, untuk memperoleh barang bekas ia harus mencarinya di pasar loak lain, seperti Jembatan Item yang ada di wilayah Jatinegara, Jakarta Timur.

“Dulu saya nyari barang sendiri. Tapi saya buka di sini udah banyak orang yang mau jual nawarin ke saya, kalau harga masuk ya saya beli,” ucapnya.

Sementara, jika jam tangan yang telah menjadi ‘bangkai’ alias sudah mati, Hakim tetap menjualnya. Biasanya para pembelinya merupakan teknisi atau orang yang sering melakukan reparasi jam tangan.

“Kita jual ya apa adanya, kalau yang mati-mati gini biasanya kita taruh aja begitu. Biasanya yang ngambil teknisi, bisa diambil LCD-nya kalau masih bagus atau tombolnya aja,” tutup Hakim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI