Suara.com - Media melaporkan adanya kebingungan di kalangan pejabat lokal Israel di wilayah pendudukan utara terkait kembalinya para pemukim ke rumah mereka, lebih dari sebulan setelah gencatan senjata dengan Gerakan Perlawanan Hizbullah Lebanon.
Jaringan TV Al-Manar Lebanon, mengutip surat kabar Israel Ma'ariv, melaporkan pada Minggu malam bahwa Kepala Dewan Daerah Galilea Atas, Giora Zaltz, telah mengkritik kabinet Israel, menyatakan bahwa kabinet tersebut memberikan gambaran yang tidak jelas mengenai situasi kembalinya para pemukim.
Jaringan TV Al Mayadeen Lebanon juga menyiarkan laporan serupa, menekankan bahwa Zaltz menganggap masalah kembalinya para pemukim “harus segera ditangani.”
Menurut Al Mayadeen, Zaltz mendesak kabinet Israel untuk secara tegas menyatakan “apakah situasi di utara memungkinkan untuk kembali ke rumah.”
Baca Juga: Direktur Rumah Sakit di Gaza Ditahan, Fasilitas Kesehatan Utama di Utara Lumpuh Total
Meskipun ada klaim bahwa situasi keamanan mendukung kembalinya para pemukim Zionis ke wilayah utara yang diduduki, kurangnya program spesifik dan dukungan telah menciptakan kebingungan dan keputusasaan di antara mereka.
Setelah serangan Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023, Hizbullah Lebanon melakukan serangan balasan terhadap posisi Israel dengan tujuan memaksa rezim menghentikan perang genosida di Gaza.
Pertempuran antara Hizbullah dan Israel semakin memanas setelah beberapa bulan. Pertempuran dihentikan pada 27 November 2024 setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Israel menyatakan bahwa pertempurannya dengan Hizbullah bertujuan untuk mengamankan kota-kota dan permukiman di perbatasan dengan Lebanon agar para pemukim dapat kembali ke rumah mereka.
Baca Juga: Tragedi Gaza: OKI Kecam Israel Bakar Rumah Sakit, 50 Tewas Terpanggang