Hanya 2 Selamat, Tragedi Jeju Air Jadi Kecelakaan Pesawat Terparah dalam Sejarah Korea Selatan

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Senin, 30 Desember 2024 | 12:38 WIB
Hanya 2 Selamat, Tragedi Jeju Air Jadi Kecelakaan Pesawat Terparah dalam Sejarah Korea Selatan
Petugas melakukan operasi penyelamatan setelah pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan di luar landasan pacu Bandara Internasional Muan, Muan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). [ANTARA FOTO/ REUTERS/Kim Hong-Ji/Spt]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 179 orang di pesawat jet penumpang yang jatuh saat mendarat di bandara di barat daya Korea Selatan telah dipastikan meninggal, kecuali dua orang yang berhasil diselamatkan, menurut berbagai laporan media pada Minggu (29/12) yang mengutip pernyataan dari otoritas pemadam kebakaran setempat.

Otoritas tersebut menginformasikan bahwa jenazah 179 korban telah dievakuasi dari lokasi kejadian pada pukul 20.38 waktu setempat, menjadikan insiden ini sebagai tragedi penerbangan terburuk dalam sejarah modern Korea Selatan, setelah kecelakaan pesawat pada 1993 yang menewaskan 66 orang.

Dilaporkan bahwa pada sekitar pukul 09.03 waktu setempat, pesawat yang membawa 175 penumpang, terdiri dari 173 warga Korea Selatan dan dua warga Thailand, bersama dengan enam awaknya, jatuh saat mencoba mendarat di Bandara Internasional Muan, sekitar 290 kilometer barat daya Seoul, ibu kota Korea Selatan.

Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 yang datang dari Bangkok, Thailand, mendarat tanpa roda, tergelincir dari landasan pacu, dan menabrak dinding luar landasan pacu, sehingga badan pesawat patah menjadi dua dan terbakar.

Baca Juga: Keamanan Penerbangan Dipertanyakan? Tiga Insiden Pesawat Besar Terjadi Dalam 24 Jam

Hanya dua awak yang berhasil diselamatkan dari bagian belakang pesawat yang mengalami kerusakan parah.

Otoritas pemadam kebakaran berpendapat bahwa kemungkinan tabrakan dengan burung (bird strike) yang merusak roda pendarat adalah penyebab kecelakaan tersebut.

Setelah upaya pendaratan pertama, pesawat berputar di udara diduga karena roda pendarat yang tidak berfungsi, dan melakukan pendaratan kedua dengan teknik belly landing (pendaratan darurat tanpa roda), yang menyebabkan tragedi ini.

Rekaman televisi menunjukkan asap hitam tebal membubung dari pesawat Boeing 737-800 yang terbakar. Rekaman lain menampilkan mesin di sayap kanan pesawat yang mengeluarkan asap dan api sebelum mencoba mendarat.

Dalam konferensi pers yang disiarkan di televisi, seorang pejabat dari Kementerian Agraria, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan mengungkapkan bahwa pengumpulan data penerbangan dan perekam suara telah dilakukan untuk menyelidiki kecelakaan tersebut.

Baca Juga: Tangis Pecah di Bandara Muan, Momen Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Jeju Air Menunggu Kabar

Kementerian tersebut menambahkan bahwa mungkin diperlukan waktu beberapa bulan hingga setahun untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan ini.

Pelaksana Tugas Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, pada hari Minggu mengumumkan masa berkabung selama sepekan sebagai respons terhadap tragedi ini.

Dalam rapat pusat penanggulangan bencana, Choi menyatakan bahwa masa berkabung nasional ditetapkan selama tujuh hari hingga tengah malam 4 Januari 2025, serta akan didirikan altar peringatan bersama di 17 kota dan provinsi untuk menghormati korban.

Dia menyampaikan bahwa pegawai negeri sipil di semua kementerian, pemerintah daerah, dan lembaga publik akan mengenakan pita berkabung selama periode tersebut, serta berjanji untuk melakukan penyelidikan menyeluruh mengenai penyebab kecelakaan ini dan mengambil langkah-langkah untuk menghindari terulangnya tragedi serupa.

Choi menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam kepada para korban dan keluarga yang berduka, serta menetapkan wilayah Muan sebagai daerah bencana khusus untuk memberikan dukungan kepada keluarga korban dan mereka yang terluka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI