Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencegah mantan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasonna Laoly, ke luar negeri.
Yasonna Laoly saat ini tengah disorot publik mengenai dugaan keterlibatannya dalam kasus suap caleg PDIP, Harun Masiku.
Juru Bicara KPK, Tessa Mahadhika mengatakan cegah ke luar negeri untuk Yassona diberlakukan sejak 24 Desember 2024. Keputusan cegah itu berlaku selama 6 bulan.
Yasonna sendiri sudah diperiksa KPK dalam kasus suap Harun Masiku pada pekan lalu. Penyidik mendalami peran Yasonna sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Hukum, HAM dan Perundang-undangan, yang meminta fatwa Mahkamah Agung (MA) terkait posisi pergantian caleg terpilih yang meninggal dunia.
Baca Juga: Dicurigai Ikut Sembunyikan Harun Masiku, Yasonna Dinilai Layak Susul Hasto Tersangka di KPK
Silsilah Keluarga Yasonna Laoly
Yasonna Hamonangan Laoly lahir pada 27 Mei 1953 di Sorkam, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Ayahnya, bernama F. Laoly, bersuku Nias, dan ibunya bernama R. Sihite, bersuku Batak.
Nama Yasonna diambil dari bahasa Nias ‘Yaso Nasa’, artinya ‘masih ada lagi’. Harapan ayahnya agar setelah kelahiran Yasonna, masih ada lagi adik-adik Yasonna yang akan terlahir.
Sedangkan ‘Hamonangan’ dalam bahasa Batak berarti ‘kemenangan’. Dan ‘Laoly’ merupakan salah satu marga dalam masyarakat Nias.
Yasonna menghabiskan masa kecil dan remaja di Sibolga. Di sana, ia dan keluarga tinggal di rumah kontrakan. Sekitar tahun 1960-an, mereka menetap di Asrama Polisi Sambas Sibolga. Tak lama kemudian orangtua akhirnya mampu membangun rumah sendiri.
Baca Juga: Yasonna Laoly Dicekal, PDIP Curiga Politisasi Hukum oleh KPK
Dilihat dari silsilah keluarganya, Yasonna Laoly bukan orang sembarangan. Ayahnya merupakan purnawirawan polisi, dengan pangkat terakhir mayor. Sang ayah juga sempat menjadi anggota DPRD Kota Sibolga dan anggota DPRD Tapanuli Tengah dari Fraksi ABRI.
Selain sebagai polisi, sang ayah juga merupakan tokoh masyarakat Nias di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Maka tak heran, rumah Yasonna kecil sering didatangi masyarakat yang meminta bantuan.
“Banyak orang, terutama orang Nias, ketika itu datang meminta bantuan. Ada yang minta perlindungan sehabis berkelahi, ada yang dikejar-kejar karena melarikan anak orang. Ayah berusaha keras mendamaikannya," tutur Yasonna dikutip dari yasonnalaoly.com.
Sebagai anggota polisi masa itu, gaji ayah Yasonna tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ayah Yasonna mencari penghasilan tambahan dengan berdagang minyak goreng.
“Saya merasakan benar kerja keras orangtua demi mencari tambahan uang. Kami sudah pernah makan nasi campur jagung untuk menghemat uang,” kenang Yasonna.