Suriah-Iran Memanas, Peringatan Keras Damaskus pada Teheran

Andi Ahmad S Suara.Com
Rabu, 25 Desember 2024 | 14:47 WIB
Suriah-Iran Memanas, Peringatan Keras Damaskus pada Teheran
Seorang wanita mengibarkan bendera oposisi Suriah saat merayakan kemenangan di Lapangan Umayyah di Damaskus, Suriah, Minggu (8/12/2024). [Bakr AL KASSEM / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah rezim Bashar Assad tumbang di Suriah, kondisi negara tersebut saat ini tengah menjadi perebutan bagi negara yang bisa disebut berkuasa, seperti Israel dan Amerika Serikat.

Saat ini pun, usai Bashar Assad tumbang dan melarikan diri ke Rusia, kondisi Suriah dengan Iran semakin memanas karena negara itu tengah diambang ketidakstabilan.

Melalui pernyataan Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, memperingatkan Iran dengan tegas dan meminta Tehran bertanggung jawab atas potensi konsekuensi dari pernyataan terbaru mereka.

“Iran harus menghormati kehendak rakyat Suriah, kedaulatan negara, dan integritas teritorialnya. Kami memperingatkan mereka untuk tidak menyebarkan kekacauan di Suriah dan akan meminta pertanggungjawaban mereka atas pernyataan terbaru mereka,” tulis Shaibani di media sosial X pada Selasa (24/12) waktu setempat.

Baca Juga: Setiap Jam Satu Anak Tewas di Palestina

Pernyataan Shaibani itu merespons Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei pada Minggu (22/12) mengatakan bahwa pemuda Suriah tidak memiliki apa-apa lagi yang dapat mereka pertahankan. Karena kehidupan mereka sepenuhnya tanpa rasa aman saat ini.

Khamenei mendorong pemuda Suriah untuk berdiri tegas dan dengan tekad melawan mereka yang merencanakan dan melaksanakan kekacauan ini.

Pada Sabtu (21/12), pemerintah sementara Suriah menunjuk Asaad Hassan Al-Shaibani sebagai menteri luar negeri, menurut Komando Umum yang berkuasa.

Sebelumnya, Shaibani menjabat sebagai kepala urusan politik di pemerintahan sipil provinsi Idlib, wilayah barat laut Suriah.

Bashar Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim menguasai Damaskus pada 8 Desember, mengakhiri rezim Partai Baath yang telah berkuasa sejak 1963.

Baca Juga: Israel Terus Melanggar Kesepakatan Gencatan Senjata, PM Lebanon Minta Komite Pemantau Lakukan Ini

Pengambilalihan ini terjadi setelah pejuang Hayat Tahrir al-Sham merebut kota-kota utama Suriah dalam serangan cepat yang berlangsung kurang dari dua pekan. (Antara).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI