Prabowo Diminta Dorong Penggunaan Produk Lokal untuk Kurangi Impor China

Senin, 23 Desember 2024 | 18:21 WIB
Prabowo Diminta Dorong Penggunaan Produk Lokal untuk Kurangi Impor China
Presiden Prabowo dalam pidatonya di hadapan mahasiswa asal Indonesia di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, Rabu (18/12/2024). (bidik layar video)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto disarankan lakukan strategi mitigasi risiko untuk mengurangi ketergantungan ekonomi dalam negeri terhadap China.

Ekonom Indef Ariyo Irhamna menyebutkan, Indonesia memang sudah bergantung secara ekonomi pada China, terlihat dari data perdagangan yang tercatat sebanyak 28 persen produk impor datang dari negara tersebut.

Menyikapi kondisi tersebut, Ariyo menyarankan pemerintah Prabowo untuk lakukan sejumlah mitigasi, salah satunya lebih memberdayakan penggunaan produk lokal di dalam negeri.

"Kenaikan impor dari Cina yang signifikan membutuhkan strategi mitigasi risiko melalui diversifikasi sumber impor, mendorong substitusi impor dengan produk lokal, serta penguatan desain produk ekspor Indonesia di pasar global," kata Ariyo dalam diskusi Catatan Akhir Tahun bersama Universitas Paramadina secara virtual, Senin (23/12/2024).

Baca Juga: Apa Disertasi Doktor Ahmad Sahroni? Disebut Cocok Jadi Acuan Gagasan "Taubat" Koruptor Ala Presiden Prabowo!

Besarnya ketergantungan impor tersebut, menurut Ariyo, dapat membuat Indonesia rentan terhadap perubahan harga dan persediaan barang dari China. Dia bahkan menyebutkan kalau perekonomian Indonesia bisa jadi 'disetir' oleh negeri tirau bambu itu.

Selain menyebar sumber impor ke berbagai negara dan meningkatkan penggunaan produk lokal, Ariyo berpandangan kalau pemerintah juga perlu meningkatkan ekspor. Dia menyampaikan kalau saat ini Jepang masih menjadi tujuan utama ekspor.

"Perlu langkah-langkah diversifikasi pasar ekspor agar Indonesia tidak bergantung pada segelintir negara tujuan ekspor," ujarnya.

Sekalipun Jepang menjadi tujuan impor utama, namun pertumbuhannya dinilai terlalu lambat. Ariyo mengatakan, pangsa pasar di Jepang mulanya 40 persen pada 2004 kemudian hanya naik 5 persen menjadi 45 persen pada 2023.

Di sisi lain, ada Vietnam yang menjadi negara kedua tujuan ekspor Indonesia. Pada 2004, negara itu ada di peringkat 10 sebagai tujuan ekspor. Kemudian pada 2023 telah ada di bawah Jepang denga kenaikan ekspor dari 3 persen menjadi 17 persen. Walau begitu, menurut Ariyo, pemerintah masih perlu berupaya untuk meningkatkan nilai ekspor tersebut.

Baca Juga: Disebut Sumber Kutukan, Syahganda Tantang Prabowo 'Sikat' Pembeking Cukong Sawit Pakai Militer: Kirim Semua ke Penjara!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI