Suara.com - Sebanyak 1.500 anggota eks Jamaah Islamiyah (JI) mendeklarasikan pembubaran organinasinya. Mereka juga mengikrarkan diri bakal setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Teriakan takbir saat menggema dalam Convention Hall Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah saat salah satu dari mereka memantik semangat.
Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, Irjen Pol Sentot Prasetyo mengatakan, pembubaran JI tidak memakan waktu yang pendek. Pendekatan secara humanis lewat diskusi telah dilakukan sejak 2019 lalu.
“Ini baru pertama kali organisasi teror bubarkan diri atas kemauannya sendiri. Ini semua berkat strategi humanis secara konsisten yang diterapkan Polri dan BNPT,” kata Sentot, di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/12/2024).
Baca Juga: Spoiler Episode 9 Drama Love Your Enemy, Hubungan Rahasia Terungkap?
“Kita mampu menekan paham radikal tanpa kekerasan cuma Indonesia bukan negara lain,” tambahnya.
Ini merupakan langkah awal sebuah perubahan dalam hidup manusia, sebabnya negara harus hadir di tengah-tengah mereka.
Menurut Sentot perjalanan hidup seseorang bukan berasal dari masal lalu. Namun soal tekat memperbaiki masa depan.
“Mereka bukan lawan negara tapi bersama-sama membangun negara. Perjalanan hidup bukan dari masa lalu tapi soal tekat maju ke depan,” jelasnya.
“Selama ini kita dengar JI telah siap kembali ke NKRI. Apakah negara telah siap menerima mereka? Acara ini merupakan jawabannya. Negara sangat bangga menerima JI,” tambah Sentot.
Jaringan Islamiyah sendiri merupakan organisasi teror yang bercita-cita ingin membangun negara Islam di kawasan Asia.
Namun, cita-cita tersebut berubah saat JI melakukan serangan Bom Bali. Nama JI mulai diperhitungkan, dalam organisasi teror, karena dalam serangan Bom Bali cukup banyak memakan korban.