Putin Siap Bernegosiasi, Tantang Barat Uji Pertahanan Melawan Rudal Hipersonik: Kita Lihat Apa yang Terjadi!

Bella Suara.Com
Jum'at, 20 Desember 2024 | 04:10 WIB
Putin Siap Bernegosiasi, Tantang Barat Uji Pertahanan Melawan Rudal Hipersonik: Kita Lihat Apa yang Terjadi!
Vladimir Putin [Xinhua]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin, kembali menegaskan kesiapan negaranya untuk bernegosiasi terkait perang di Ukraina, namun dengan syarat bahwa pihak lawan, termasuk Ukraina dan sekutu Baratnya, juga siap untuk berkompromi. Pernyataan ini disampaikan dalam sesi tanya jawab tahunan yang disiarkan televisi nasional Rusia pada Kamis (19/12/2024).

Putin menyatakan bahwa Rusia terus mencapai kemajuan dalam operasi militernya, meskipun situasi pertempuran berjalan kompleks dan dinamis.

“Kami bergerak menuju penyelesaian tugas-tugas utama yang telah kami tetapkan sejak awal operasi militer khusus,” ujarnya.

Ilustrasi Rudal Aster-15 dan Aster-30. (mbda-system.com)
Ilustrasi Rudal Aster-15 dan Aster-30. (mbda-system.com)

Menanggapi pertanyaan tentang potensi perundingan dengan mantan Presiden AS Donald Trump, yang mengklaim dirinya sebagai "ahli negosiasi" dan berjanji akan segera mengakhiri konflik, Putin menyambut baik gagasan tersebut.

Baca Juga: Keamanan Ukraina Terancam? Zelenskyy Langsung Temui Sekjen NATO Bahas Langkah Penting

"Kami selalu terbuka untuk negosiasi dan kompromi," ucapnya.

Namun, ia menekankan bahwa kekuatan Rusia justru semakin meningkat sejak invasi ke Ukraina dimulai pada 2022.

Sejak awal invasi, Rusia telah berhasil menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, dengan kemajuan signifikan tahun ini di beberapa front. Pasukan Rusia terus mengambil desa-desa strategis dan mendekati kota penting seperti Pokrovsk, pusat transportasi darat dan rel kereta api yang vital.

Putin optimistis bahwa pasukan Ukraina akan kehilangan daya juang dalam waktu dekat.

“Segera, mereka yang ingin bertarung akan habis. Kami siap, tetapi pihak lain juga harus siap untuk bernegosiasi dan berkompromi,” katanya.

Baca Juga: Rusia Tak Ingin Ada Perdamaian dengan Ukraina, Uni Eropa Bakal Lakukan Hal Ini

Putin juga menyinggung kehadiran pasukan Ukraina di wilayah perbatasan Rusia, seperti Kursk.

“Mereka pasti akan dipaksa mundur, hanya soal waktu,” tegasnya tanpa menyebutkan tenggat yang pasti.

Dalam kesempatan tersebut, Putin dengan percaya diri membahas keberhasilan uji coba rudal hipersonik terbaru Rusia, "Oreshnik". Ia bahkan menantang negara-negara Barat untuk menguji sistem pertahanan mereka terhadap serangan rudal tersebut.

“Biarkan mereka menentukan target di Kyiv, konsentrasikan semua pertahanan udara dan sistem antirudal mereka di sana, dan kami akan meluncurkan ‘Oreshnik’. Kita lihat apa yang terjadi. Kami siap untuk eksperimen seperti itu, tetapi apakah pihak lain siap?” tantangnya.

Meskipun fokus pada operasi militer, Putin juga menyinggung peran Rusia di panggung internasional, termasuk isu keberadaan pangkalan militer Rusia di Suriah. Menurutnya, mayoritas pihak mendukung keberadaan pangkalan tersebut, meskipun Rusia akan mengevaluasi langkah ke depannya.

Selain itu, ia berkomentar mengenai permintaan keluarga jurnalis AS Austin Tice, yang hilang di Suriah sejak 2012. Putin berjanji akan membahas isu ini dengan pemimpin Suriah, termasuk mantan presiden Bashar al-Assad dan rezim baru di negara tersebut.

Di sektor ekonomi, Putin mengakui tanda-tanda "overheating" yang mendorong inflasi tinggi, namun menegaskan bahwa Rusia tetap stabil secara ekonomi meskipun berada di bawah sanksi Barat.

Perang yang dimulai pada Februari 2022 telah menewaskan puluhan ribu orang, memaksa jutaan penduduk mengungsi, dan memicu krisis geopolitik terbesar sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962. Putin menolak gagasan bahwa Rusia berada dalam posisi lemah, sebaliknya ia menegaskan bahwa negaranya semakin kuat di tengah tantangan global.

Meski terbuka untuk negosiasi, Putin tetap menolak syarat-syarat seperti penyerahan wilayah atau ambisi Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Sementara itu, mantan Presiden Trump, yang kerap mengklaim kemampuan diplomatiknya, belum memberikan rincian konkret mengenai rencana penyelesaian konflik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI