Namun Nyarwi mengakui bahwa tantangan voluntarisme lebih besar di wilayah perkotaan. "Kalau di kota, biaya hidup mahal dan pragmatisme lebih tinggi. Tapi di desa, motivasi bisa lebih natural, apalagi jika ada narasi yang membangun semangat bersama," katanya.
Rio menutup diskusi dengan menekankan pentingnya data untuk membangun narasi politik. Ia juga menegaskan orang memilih calon pemimpin di pemilu karena ingin ada perubahan di daerah tempat tinggalnya.
"Ini soal managing the hope. Orang memilih pemimpin pasti karena harapan, bukan sekadar transaksional. Misalnya, di Situbondo kemiskinan 11,69 persen di atas rata-rata nasional. Narasi yang saya bawa adalah bagaimana menciptakan pekerjaan dan menawarkan perubahan," tuturnya. [Kayla nathaniel]