Suara.com - Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk dilaporkan tewas dan terluka.
Reuters pada Selasa melaporkan bahwa tentara Korea Utara mengalami ratusan korban jiwa dalam pertempuran dengan pasukan Ukraina di wilayah perbatasan Kursk.
Penilaian tersebut muncul sehari setelah seorang pejabat Gedung Putih menyatakan bahwa Amerika Serikat percaya Korea Utara telah mengalami kerugian pasukan yang signifikan.
Ini merupakan konfirmasi pertama dari Washington terkait korban jiwa tentara Korea Utara dalam perang Rusia melawan Ukraina.
Baca Juga: Rusia Tangkap Warga Uzbekistan, Dituduh Terlibat Pembunuhan Jenderal Senior di Moskow
Pada Sabtu lalu, otoritas intelijen pertahanan Ukraina memperkirakan sekitar 200 tentara Rusia dan Korea Utara tewas dalam pertempuran dengan pasukan gabungan melawan Ukraina. Namun, jumlah korban dari masing-masing pihak tidak dirinci lebih lanjut.
Sebelumnya diberitakan bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, memberikan peringatan serius terkait kemungkinan keterlibatan Korea Utara dalam perang Ukraina. Dalam kunjungannya ke markas NATO di Brussels, Zelenskyy menyebutkan bahwa jika hal ini terjadi, dapat memicu dimulainya perang dunia.
Zelenskyy menyatakan bahwa intelijen Ukraina mengindikasikan pengiriman personel taktis dan perwira militer Korea Utara ke wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina. Selain itu, sekitar 10.000 tentara Korea Utara dilaporkan sedang dipersiapkan di negara asalnya, meskipun belum ada konfirmasi tentang pemindahan pasukan tersebut ke Ukraina atau Rusia.
Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari pihak Barat, negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan sekutunya sedang memantau situasi ini dengan serius. Jika terbukti, ini akan menjadi peningkatan signifikan dalam dukungan Korea Utara terhadap Rusia, yang sebelumnya telah mengirimkan amunisi, termasuk peluru artileri dan rudal balistik.
Pengiriman pasukan Korea Utara menunjukkan tingginya korban yang dialami oleh pasukan Rusia di Ukraina. Pada bulan September, korban harian Rusia mencapai 1.271 orang, yang meningkatkan kebutuhan Moskow untuk mencari bantuan dari luar, termasuk dari Korea Utara.
Baca Juga: Bom Meledak di Moskow, Jenderal Rusia Tewas Misterius
Namun, pengintegrasian pasukan Korea Utara ke dalam komando Rusia berpotensi menghadapi berbagai tantangan, seperti perbedaan bahasa dan teknologi komunikasi. Pejabat Barat meragukan bagaimana sistem komando dan kontrol bisa berjalan efektif antara kedua negara.
Selain itu, ada kekhawatiran terkait kemungkinan pembelotan di kalangan tentara Korea Utara yang dikirim ke luar negeri. Jika tentara ini memilih untuk membelot, hal tersebut bisa menambah dinamika baru dalam konflik yang sedang berlangsung, yang terus menjadi perhatian serius bagi negara-negara Barat.