Suara.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pasukan Israel akan tetap berada di lokasi strategis Gunung Hermon di perbatasan Suriah hingga ditemukan solusi atau pengaturan baru yang menjamin keamanan Israel.
Gunung Hermon menjadi titik fokus setelah pasukan Israel bergerak memasuki zona demiliterisasi antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, menyusul runtuhnya pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada awal bulan ini.
Keputusan Israel untuk menempatkan pasukan di zona penyangga—yang dibentuk setelah Perang Arab-Israel tahun 1973—mendapat kritik keras dari sejumlah negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah ini dinilai sebagai pelanggaran terhadap perjanjian internasional.
Meski demikian, pejabat Israel menyatakan bahwa kehadiran pasukan di kawasan tersebut hanya bersifat terbatas dan sementara. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan keamanan perbatasan Israel di tengah situasi regional yang memanas.
Baca Juga: Netanyahu Kunjungi Suriah, Kelompok Pemberontak Tuntut Israel Mundur
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bahkan pekan lalu telah memerintahkan pasukan untuk bersiap bertahan di Gunung Hermon hingga musim dingin. Namun, hingga kini belum ada kejelasan kapan penarikan pasukan akan dilakukan.
Pada Selasa, Netanyahu melakukan kunjungan langsung ke lokasi tersebut untuk menerima pemaparan operasional dari komandan militer dan pejabat keamanan.
“Kami melakukan evaluasi ini untuk memutuskan penempatan pasukan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) di lokasi penting ini hingga tercapai pengaturan baru yang dapat menjamin keamanan Israel,” kata Netanyahu dalam pernyataan resmi yang dirilis kantornya.
Netanyahu menekankan bahwa langkah ini adalah bagian dari upaya strategis untuk mempertahankan stabilitas dan mencegah potensi ancaman yang bisa timbul dari kekosongan keamanan di perbatasan Suriah-Israel.
Langkah Israel memperluas kehadiran militernya di kawasan Gunung Hermon menambah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Sejumlah pihak menilai tindakan tersebut sebagai upaya Israel memperkuat cengkeraman atas Dataran Tinggi Golan, wilayah yang diduduki sejak Perang Enam Hari 1967 dan diklaim oleh Suriah.
Baca Juga: Satu Juta Pengungsi Suriah Diprediksi Pulang Kampung di 2025, UNHCR Ingatkan Potensi Bahaya
Sementara itu, PBB dan komunitas internasional mendesak agar Israel segera menarik pasukannya dari zona demiliterisasi guna menghindari eskalasi konflik lebih lanjut.
Meski dihadapkan pada tekanan diplomatik, pemerintah Israel tampaknya bertekad mempertahankan posisi di Gunung Hermon sebagai langkah antisipasi atas dinamika keamanan di kawasan perbatasan.