Kedua, mendirikan partai baru, misalnya Partai ProJokowi (Projo). Namun, Emrus menegaskan bahwa mendirikan partai baru membutuhkan biaya yang sangat besar.
"Pertanyaan kritikal, apakah Jokowi sudah memiliki dana yang sangat-sangat besar itu?" ujarnya.
Selain itu, nama Partai Projo juga dapat menciptakan pengkultusan terhadap sosok Jokowi, yang berpotensi menjadikan partai tersebut bersifat sentralistik. Hal ini bertentangan dengan prinsip keberagaman pemikiran dalam demokrasi.
Ketiga, Jokowi bisa memilih untuk menghabiskan waktunya bersama keluarga dan bermain dengan cucu-cucunya.
Langkah ini, menurut Emrus, dapat menjadi pilihan yang lebih bijak jika Jokowi memutuskan untuk benar-benar menjauh dari dunia politik setelah selesai menjabat sebagai presiden.