"Agak susah waktu awal, terutama 1-4 bulan belum keliatan. Jadi kasihan sih kalau yang nggak kelihatan ini, sama orang suka nggak dikasih tempat duduk kalau nggak inisiatif buat minta," ujarnya.
Fitra yang setiap hari naik KRL rute Bogor-Jakarta Kota pulang pergi, mengaku sering memutar rute kretanya demi bisa dapat tempat duduk.
Dia rela naik KRL ke arah Jakarta Kota dari stasiun Gondangdia ketika pulang kerja, padahal bisa naik KRL yang rutenya langsung ke arah Bogor.
"Kalau pulang ke Jakarta Kota, dulu baru ke arah Bogor karena takut nggak dapat tempat duduk," kata Fitra.
Pentingnya Kesadaran
Baik Aisyah maupun Fitra sepakat bahwa staf keamanan di stasiun maupun dalam kereta sangat membantu dalam menjaga hak-hak penumpang prioritas. Namun, kesadaran masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Aisyah membandingkan dengan karakter penumpang di MRT yang menurutnya lebih sadar akan hak kursi prioritas.
"Kalau di MRT kesadaran masyarakat lebih tinggi, kursi prioritas itu jarang banget diisi walaupun lagi penuh. Kalau pun diisi masih ada ruang yang kosong," ungkap Aisyah.
Pengalaman-pengalaman itu menunjukkan bahwa meski sudah ada kursi prioritas dan pin khusus bumil, masih banyak yang harus diperbaiki, terutama dari sisi kesadaran penumpang.
Baca Juga: Tenang! KRL Jabotabek Beroperasi 24 Jam di Malam Tahun Baru
"Seenggaknya masyarakat lebih peka juga, lah. Nggak perlu sampai bumilnya yang sampai harus speak up," harap Aisyah.