Suara.com - Kereta Rel Listrik (KRL) perlahan melaju meninggalkan Stasiun Pondok Ranji, Tangerang Selatan (Tangsel) menuju timur. Dua stasiun lagi, Aisyah yang tengah berbadan dua akan turun menuju tempat kerja.
Meski hanya menempuh jarak kurang dari 30 menit, ia harus berdesakan di dalam gerbong selama perjalanan. Tangannya memegang tiang penyangga, tubuhnya condong ke depan untuk menjaga keseimbangan.
Nyaris saban pagi, Aisyah harus merasakan kesulitan menjaga keseimbangan saat berdiri menahan guncangan kereta. Meski pin bertuliskan ibu hamil disematkan di dadanya, tak membuat penumpang sehat yang duduk di kursi prioritas beranjak.
Padahal ibu muda ini sudah masuk masa kehamilan trimester kedua.
"Sempat hampir jatuh karena guncangan kereta yang kuat. Akhirnya ada mba-mba di belakang yang mungkin sadar, bantuin untuk nyolek penumpang lain," cerita Aisyah kepada Suara.com.
Selama masa kehamilan, bagi Aisyah, menggunakan KRL bak menjadi tantangan fisik sekaligus emosional. Terlebih, kehamilan ini menjadi kali pertama baginya. Sehingga dia masih perlu banyak lakukan adaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Perjalanan setiap hari dari rumah menuju tempat kerjanya sering kali menguji kesabaran.
Kejadian hampir terjatuh saat perjalanan dari Stasiun Pondok Ranji itu menyadarkannya untuk lebih berani meminta hak atas kursi prioritas di KRL demi menjaga kesehatannya juga sang bayi.
![Ibu hamil menggunakan pin di bangku prioritas KRL. [Suara.com/Lilis Varwati]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/12/17/33891-ibu-hamil-menggunakan-pin-di-bangku-prioritas-krl.jpg)
"Walaupun sudah pakai pin, kalau nggak speak up akan sulit dapat tempat duduk. Memang kesadaran masyarakat masih harus ditingkatin lagi," tuturnya.
Baca Juga: Tenang! KRL Jabotabek Beroperasi 24 Jam di Malam Tahun Baru
Pengalaman serupa juga dialami Fitra, pengguna KRL lainnya. Pada masa awal kehamilannya, saat belum terlihat ada perubahan fisik, ia merasa sulit mendapatkan tempat duduk.