Sekjen KPA Beberkan 6 Bahaya Food Estate: dari Perampasan Tanah Sampai Program Gagal yang Terulang!

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Senin, 16 Desember 2024 | 21:50 WIB
Sekjen KPA Beberkan 6 Bahaya Food Estate: dari Perampasan Tanah Sampai Program Gagal yang Terulang!
Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Dewi Kartika. (Suara.com/Moh. Reynaldi Risahondua)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Program food estate bisa dianggap berbahaya kata Dewi, karena sabagai praktik halus perampasan tanah, khususnya bagi para petani dan masyarakat adat di masing-masing tempat.

"Yang kedua, tentu kita bicara soal masalah perampasan tanah, sebenarnya adalah gaya-gaya juga spekulan tanah, akumulasi tanah, bagaimana tanah semakin diorientasikan menjadi barang komoditas yang semakin bebas ditransaksikan," ungkap Dewi.

"Meskipun tadi pendekatannya misalnya dengan kerjasama, nanti kalau ada untung kita bagi hasil yang rata dan sebagainya. Tapi ujurnya kan petani atau masyarakat adat di dalam posisi yang dipaksa untuk pada akhirnya nanti akan menyerahkan tanah mereka," sambungnya.

3. Masalah Perusahaan Lingkungan

Selain perampasan tanah, perusahaan lingkungan juga menjadi bahaya bagi program food estate ini, menurut Dewi, sistem monokultur oleh salah satu perusahaan food estate dianggap sebuah pemaksaan.

"Maka yang terjadi adalah pemaksaan jenis-jenis tanaman pangan yang memang itu sifatnya adalah pangan komoditas yang diperlukan untuk pasang keluar," kata Dewi.

"Jadi perusahaan lingkungan itu sangat berbahaya karena sistem monokultur itu tadi ya, pupuk pesticida dan segala macam itu kan dengan takaran yang sudah berlebihan dapat membuat masyarakat mengkonsumsi produk pangan yang buruk," Dewi menambahkan.

Pembangunan Food Estate di Humbang Hasundutan. (Dok: Kementerian PUPR)
Pembangunan Food Estate di Humbang Hasundutan. (Dok: Kementerian PUPR)

4. Pendekatan Militerisme

Dewi juga mengungkapkan terdapat pendekatan militeristik yang dianggap sangat berbanding terbalik dengan profesi militer yang malah menjadi petani, menurutnya, petani akan tersingkir dengan keberadaan para kelompok militer.

Baca Juga: Rapat Khusus Prabowo: Kesiapan Natal dan Tahun Baru Jadi Fokus Utama

"Yang masuk ya Kostrad dan seterusnya. Jadi itu militerisme di bidang pertanian pangan itu sangat berbahaya karena akhirnya kan jadi justru jadi tentara yang bikin cetak sawah baru, melakukan, nyangkul, dan seterusnya. Jadi ini luar biasa kalau ternyata memang posisi petani itu justru disingkirkan oleh kelompok militer," ungkap Dewi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI