Suara.com - Media pemerintah Korea Utara pada hari Senin mengeluarkan laporan pertamanya tentang pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, menjulukinya sebagai "pemimpin pemberontakan" karena telah meluncurkan upaya untuk memberlakukan darurat militer.
Hampir dua hari setelah pemungutan suara pemakzulan, berita dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah tidak memberikan kutipan apa pun dari pejabat Korea Utara, yang relatif bungkam mengenai kekacauan politik di Selatan.
Laporan KCNA yang panjangnya kurang dari selusin kalimat memberikan garis besar singkat tentang peristiwa seputar pemakzulan Yoon, dengan mengklaim bahwa ia telah berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab atas "pernyataan darurat militer yang bodoh" kepada partai-partai oposisi.
"Penyelidikan terhadap boneka Yoon Suk Yeol, pemimpin pemberontakan, dan kaki tangannya sedang berlangsung," kata KCNA.
Baca Juga: Krisis Politik Korsel Mereda, Oposisi Tarik Ulang Pemakzulan
"Mahkamah Konstitusi boneka akhirnya akan memutuskan" apakah akan menyingkirkan Yoon, tambahnya.
Media pemerintah Korea Utara sering menyebut para pemimpin dan lembaga Korea Selatan sebagai "boneka" sekutu perjanjiannya, Amerika Serikat.
KCNA tidak mengomentari deklarasi darurat militer pada tanggal 3 Desember hingga sekitar seminggu kemudian, menggambarkan Korea Selatan sebagai "dalam kekacauan" atas perintah tersebut.
Hubungan antara kedua Korea telah berada pada salah satu titik terendah mereka dalam beberapa tahun, dengan Korea Utara meluncurkan serangkaian rudal balistik yang melanggar sanksi PBB.
Korea Utara juga telah membombardir Korea Selatan dengan balon pembawa sampah sejak bulan Mei, yang disebutnya sebagai pembalasan atas surat propaganda anti-Pyongyang yang dikirim ke Korea Utara oleh para aktivis.
Baca Juga: Jadi Pj Presiden Korea Selatan, Han Duck-soo Langsung Jalin Komunikasi dengan Joe Biden
Hubungan antara kedua Korea telah berada pada salah satu titik terendah mereka dalam beberapa tahun, dengan Korea Utara meluncurkan serangkaian rudal balistik yang melanggar sanksi PBB.
Korea Utara juga telah membombardir Korea Selatan dengan balon pembawa sampah sejak bulan Mei, yang disebutnya sebagai pembalasan atas surat propaganda anti-Pyongyang yang dikirim ke Korea Utara oleh para aktivis.