Eks Anggota JI Imbau Tak Euforia Jatuhnya Rezim Assad: Jangan Bawa Konflik ke Indonesia

Senin, 16 Desember 2024 | 10:33 WIB
Eks Anggota JI Imbau Tak Euforia Jatuhnya Rezim Assad: Jangan Bawa Konflik ke Indonesia
Eks Napiter menyampaikan imbauan agar tidak eforia atas jatuhnya Rezim Asaad. [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan narapidana kasus terorisme (napiter) Ustaz Roki Apris Dianto alias Atok mengajak semua pihak untuk memberikan kemanan dalam perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025.

Terutama, bagi mantan anggota jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) untuk menjaga kondusifitas saat Nataru nanti.

"Kita harus menjaga kerukunan sesama anak bangsa," katanya, dalam keterangan yang diterima Suara.com, Senin (16/12/2024).

Keamanan dan ketertiban menjelang Nataru, menurutnya, harus dijaga bersama-sama. Meski ada perbedaan di masyarakat, tetap pada akhirnya semua satu bangsa dan negara.

Baca Juga: Khawatir Teroris, Israel Ekspansi ke Suriah dan Kuasai Zona Penyangga

"Kita satu negeri satu bangsa, bangsa Indonesia," ungkapnya.

Atok juga menanggapi konflik yang terjadi di Timur Tengah. Terutama setelah rezim Bashar al-Assad di Suriah, terguling. Ia mengajak umat Islam, utamanya eks napiter maupun para jihadis agar tidak menyikapi berlebihan.

"Apa pun yang terjadi di sana kita jangan euforia. Toh itu terjadi di wilayah sana," ucapnya.

Atok berharap, konflik yang terjadi di Timur Tengah maupun Suriah, tak dibawa ke Indonesia. Sebab bakal merugikan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

"Satu wilayah itu kalau terjadi perang itu yang susah bukan satu orang, tapi seluruh negeri, anak-anak kita, semua akan susah," ujarnya.

Baca Juga: Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 3 Destinasi Wisata di Indonesia yang Bakal Banyak Dikunjungi

"Makanya kita ikuti arahan pemerintah, apa yang pemerintah sampaikan itu yang kita ikuti, itu yang kita terima," tambah Atok.

Lebih lanjut, ia mengajak mantan napiter ataupun komunitas mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) untuk terus belajar. Sehingga dengan begitu, mereka bakal mendapat pemahaman yang utuh soal berbagai hal, termasuk keagamaan hingga kebangsaan.

"Mari senantiasa belajar, untuk terus belajar. Orang kalau berhenti belajar terus dia akan mendapatkan pencerahan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI