"Kalau kita boleh bandingkan, pernyataan Gus Miftah dibanding ada ulama-ulama yang ga sebut saya sebut namanya, narasinya lebih parah dari itu. Menghina kepala negara. Mengajak umatnya semacam revolusi segala macam. Ada juga politikus menghina Presiden, padahal di atur UU untuk tidak menghina dan mengganggu kehormatan Presiden, tapi tidak ada tindakan," paparnya.
Menurut analisa Dudung, ramainya kasus Gus Miftah ini karena situasi politik sedang tidak bagus dan posisi Gus Miftah ada di dalam lingkaran politik itu sekarang.
"Kalau beliau tidak masuk stafnya Presiden mungkin berbeda ceritanya. Kan ada juga ulama yang sering menyampaikan hal-hal tidak baik. Kalau Gus Miftah mengundurkan diri, kalau ada hal-hal yang kalimatnya lebih buruk dari Gus Miftah harus tegas dong, Kalau di Irak menjelek-jelekkan Presiden, diambil langsung, kalau di kita terlalu baik," tegas Dudung.
Gus Miftah menjadi olok-olokan di media sosial gara-gara perkataanya yang dianggap merendahkan seorang penjual es teh dalam sebuah ceramah.
Saat itu Gus Miftah mengeluarkan kata goblok kepada penjual es teh yang sedang berdagang di tengah pengajian yang diisi Gus Miftah.