Suara.com - Kementerian Pertahanan China akhirnya angkat bicara terkait rangkaian aktivitas militer di sekitar Taiwan yang berlangsung beberapa hari terakhir pada Jumat. China menegaskan bahwa keputusan untuk menggelar latihan militer adalah hak mereka sendiri dan menegaskan komitmennya untuk melawan kekuatan separatis.
Taiwan sebelumnya telah meningkatkan kesiagaan dengan mengaktifkan pusat tanggap darurat pada Senin, setelah mendeteksi peningkatan signifikan aktivitas militer China. Kegiatan tersebut mencakup wilayah sekitar pulau Taiwan dan kawasan yang lebih luas di Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan China merespons kunjungan Presiden Taiwan Lai Ching-te ke Hawaii dan wilayah AS lainnya seperti Guam. Meskipun tidak secara langsung mengonfirmasi atau membantah adanya latihan militer, China mengutip ajaran Sun Tzu, ahli strategi perang legendaris Tiongkok, dengan pernyataan, “Seperti air yang tidak memiliki bentuk tetap, begitu pula dalam perang tidak ada kondisi yang tetap.”
“Apakah latihan akan digelar atau tidak, serta kapan waktunya, adalah keputusan yang kami buat sesuai dengan kebutuhan dan situasi perjuangan,” tegas kementerian tersebut.
Baca Juga: Film Upcoming Summer: Perjalanan Menghadapi Peliknya Kehidupan Remaja
China juga memperingatkan bahwa upaya pihak-pihak yang bergantung pada “kekuatan asing untuk mencari kemerdekaan” akan mendapat balasan keras dan berakhir dengan kegagalan. Pesan ini jelas ditujukan ke Taiwan dan peran Amerika Serikat dalam mendukung pulau tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengakui bahwa ancaman China telah berkembang sejak 2022 ketika Beijing memulai rangkaian latihan militer yang lebih agresif. Menurut Taiwan, tujuan China tidak lagi sebatas “menghalangi Taiwan”, tetapi kini berupaya “mempengaruhi rantai pulau pertama”, sebuah kawasan strategis yang membentang dari Jepang, Taiwan, hingga Laut China Selatan.
“Upaya jangka panjang China untuk mengganggu tatanan internasional berbasis aturan tidak akan mendapat dukungan dari komunitas global,” ungkap Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya.
Meskipun ketegangan meningkat selama kunjungan Presiden Lai ke AS, aktivitas militer China mulai mereda. Pada Kamis, perwakilan tidak resmi AS di Taiwan menyatakan bahwa meskipun aktivitas militer China meningkat, mereka tidak melihatnya sebagai respons langsung terhadap kunjungan Lai.
Pada Jumat pagi, Taiwan melaporkan hanya 12 pesawat militer China yang terdeteksi beroperasi di sekitar wilayahnya dalam 24 jam terakhir, menurun drastis dari 34 pesawat pada hari sebelumnya. Selain itu, sembilan kapal penjaga pantai China yang beroperasi di perairan tenggara dan barat daya Taiwan telah bergerak menjauh ke arah utara.
Baca Juga: Mini Album Happiness Trilogy, Awal Kesuksesan Karier Musik Yu Jia Yun
Penjaga Pantai Taiwan turut merilis gambar dan video yang menunjukkan kapal mereka membayangi kapal China di perairan timur pulau tersebut. Video itu menggambarkan situasi laut yang berombak di bawah langit kelabu, menandai ketegangan yang terus berlangsung meskipun aktivitas mulai mereda.