Kantor POS Gaza Tempat Warga Berlindung Diserang Israel, Puluhan Orang Tewas

Bella Suara.Com
Jum'at, 13 Desember 2024 | 09:07 WIB
Kantor POS Gaza Tempat Warga Berlindung Diserang Israel, Puluhan Orang Tewas
Api dan asap mengepul dari lokasi serangan udara Israel di sekitar tenda-tenda pengungsi di dalam tembok Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, di Jalur Gaza, Palestina, Senin (14/10/2024). [United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Serangan Israel menewaskan setidaknya 30 warga Palestina dan melukai 50 orang lainnya yang berlindung di sebuah kantor pos di wilayah Gaza tengah, sehingga jumlah korban tewas pada Kamis di daerah tersebut mencapai 66 orang.

Dalam konflik yang telah berlangsung selama 14 bulan tanpa tanda-tanda akan mereda, serangan tersebut menghantam fasilitas pos di kamp Nuseirat, tempat keluarga-keluarga pengungsi berlindung, serta merusak beberapa rumah di sekitarnya, menurut keterangan petugas medis kepada Reuters.

Militer Israel belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait serangan ini.

Nuseirat adalah salah satu dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza yang awalnya dibangun untuk pengungsi Palestina akibat perang tahun 1948 yang melibatkan pembentukan negara Israel. Saat ini, wilayah ini menjadi bagian dari area perkotaan yang padat dengan penduduk yang mengungsi dari seluruh Gaza.

Baca Juga: Suriah Memanas: Serangan Udara Israel dan Klaim Mengejutkan dari Mantan Pemimpin Al-Qaeda

Sebelumnya pada hari Kamis, dua serangan Israel di wilayah selatan Gaza menewaskan 13 warga Palestina, yang menurut petugas medis Gaza dan Hamas, adalah bagian dari pasukan yang melindungi truk-truk bantuan kemanusiaan. Namun, militer Israel menyatakan mereka adalah anggota Hamas yang mencoba merampas pengiriman bantuan tersebut.

Banyak dari korban yang tewas dalam serangan di Rafah dan Khan Younis memiliki hubungan dengan Hamas, menurut sumber yang dekat dengan kelompok tersebut.

Militer Israel dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa kedua serangan udara tersebut bertujuan untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman dan menuduh anggota Hamas merencanakan untuk mencegah bantuan tersebut mencapai warga sipil Gaza yang membutuhkan.

Dalam pernyataannya, Israel menyebut anggota Hamas berupaya membajak bantuan "untuk mendukung kegiatan teroris yang berkelanjutan."

Geng-geng bersenjata telah berulang kali membajak truk bantuan, dan Hamas telah membentuk satuan tugas untuk menghadapinya. Satuan tugas yang dipimpin Hamas dilaporkan telah menewaskan lebih dari dua lusin anggota geng tersebut dalam beberapa bulan terakhir, menurut sumber Hamas dan petugas medis.

Baca Juga: 35 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Bombardir Israel Terbaru

Hamas menyatakan bahwa serangan militer Israel telah menewaskan setidaknya 700 polisi yang bertugas mengamankan truk bantuan di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023. Hamas menuduh Israel sengaja melindungi penjarahan dan "menciptakan kekacauan untuk mencegah bantuan mencapai warga Gaza."

Secara terpisah, pada Kamis, militer Israel memerintahkan penduduk dari beberapa distrik di jantung Kota Gaza untuk mengungsi, dengan alasan akan ada serangan balasan terhadap roket yang diluncurkan dari wilayah tersebut.

“Ini adalah peringatan sebelum serangan,” demikian bunyi pernyataan militer yang diposting di platform X dan juga diterima sebagian penduduk dalam bentuk pesan teks serta audio melalui ponsel mereka.

Perintah evakuasi ini menyebabkan gelombang pengungsian baru. Saat malam tiba, puluhan keluarga meninggalkan wilayah tersebut menuju pusat kota.

Serangan Israel di Kota Gaza dan Gaza Tengah

Pemboman Israel terhadap sebuah gedung tempat tinggal di Jalan al-Jalaa, Gaza City, dan sebuah rumah di sebelah barat Nuseirat menewaskan 22 orang, menurut petugas medis dan kantor berita Palestina WAFA.

Di kamp pengungsi Jabalia, Gaza utara, yang telah menjadi lokasi operasi militer Israel sejak Oktober, pejabat kesehatan melaporkan bahwa seorang dokter ortopedi, Saeed Judeh, ditembak mati oleh pasukan Israel saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Al-Awda, tempat ia biasa merawat pasien.

Kementerian Kesehatan menyebut kematian Judeh meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang tewas sejak perang dimulai menjadi 1.057 orang.

Bulan-bulan upaya gencatan senjata yang dimediasi oleh negara-negara Arab, termasuk Mesir dan Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat, hingga kini belum berhasil mencapai kesepakatan antara kedua pihak yang bertikai.

Pada hari Rabu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan suara mayoritas besar menyerukan penghentian tembak-menembak secara langsung, tanpa syarat, dan permanen, serta pembebasan semua sandera yang ditangkap di Israel pada Oktober 2023 oleh Hamas di Gaza.

Perang di Jalur Gaza dimulai setelah kelompok bersenjata Hamas menyerbu komunitas-komunitas Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang, dan membawa sekitar 250 sandera kembali ke Gaza yang dikuasai Hamas, menurut data Israel.

Sejak itu, militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, membuat hampir seluruh 2,3 juta penduduknya kehilangan tempat tinggal, memicu kelaparan dan penyakit yang mematikan, serta menewaskan lebih dari 44.800 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI