Apakah Sertifikasi Penceramah Wajib Berlaku Usai Polemik Gus Miftah dan Penjual Es Teh? Ini Penjelasan Kemenag RI

Riki Chandra Suara.Com
Rabu, 11 Desember 2024 | 18:42 WIB
Apakah Sertifikasi Penceramah Wajib Berlaku Usai Polemik Gus Miftah dan Penjual Es Teh? Ini Penjelasan Kemenag RI
Gus Miftah (Instagram/gusmiftah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Agama (Kemenag) sedang mengkaji kebijakan pemberlakuan sertifikasi pendakwah di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, saat memberikan keterangan di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (11/12/2024).

“Masih sedang kita kaji, apakah perlu disertifikasi atau tidak,” ujar Kamaruddin Amin.

Menurut Kamaruddin, upaya sertifikasi pendakwah sebenarnya sudah dilakukan jauh sebelum munculnya polemik ucapan "goblok" Gus Miftah kepada penjual es teh yang memicu kontroversi.

Hingga saat ini, Kemenag mencatat telah melatih lebih dari 12 ribu dai dari berbagai organisasi masyarakat (ormas).

Program pelatihan oleh Kemenag ini mencakup materi tentang moderasi beragama. Tujuannya adalah mendorong pendakwah untuk mengedepankan nilai saling menghormati dan menghargai perbedaan, sekaligus meningkatkan wawasan kebangsaan.

"Seorang penceramah tidak hanya harus pintar dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme," ungkap Kamaruddin.

Dalam pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi, Kemenag bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah lembaga terkait.

Namun, kasus terbaru yang melibatkan Miftah Maulana membuat Kemenag mempertimbangkan ulang mekanisme pelaksanaan sertifikasi.

Kamaruddin menegaskan bahwa pendakwah yang belum tersertifikasi tetap diizinkan untuk berdakwah. Pasalnya, kebutuhan akan dai di Indonesia sangat besar mengingat terdapat lebih dari 100 ribu majelis taklim dan 800 ribu masjid di seluruh penjuru negeri.

“Masyarakat tetap diperbolehkan berceramah. Kemenag juga telah mengeluarkan surat edaran yang memberikan rambu-rambu bagi penceramah agar memiliki pengetahuan yang memadai,” jelasnya, dikutip dari Antara.

Polemik Gus Miftah hingga Mundur dari Utusan Khusus Presiden

Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.

Keputusan ini disampaikan Gus Miftah saat konferensi pers di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (6/12/2024).

"Hari ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, serta dengan penuh kesadaran, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan," ujar Gus Miftah dalam pernyataannya.

Gus Miftah menegaskan bahwa keputusannya ini diambil secara mandiri tanpa tekanan dari pihak mana pun.

"Ini bukan karena permintaan siapa pun, tetapi murni atas rasa cinta, hormat, dan tanggung jawab saya kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto, serta seluruh masyarakat Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Gus Miftah menjadi sorotan publik setelah videonya yang dianggap mempermalukan seorang pedagang es teh viral. Dalam video yang diunggah akun Instagram @wkwkmedsos, terlihat Gus Miftah mengomentari pedagang yang sedang berada di tengah jamaah pengajian.

“Es tehmu sih akeh (masih banyak) nggak? ya sana jual (goblok, red),” ucap Gus Miftah, yang langsung disambut sorakan jamaah.

Ia juga meminta pedagang tersebut untuk menerima nasib jika dagangannya tidak laku. “Jual dulu, nanti kalau belum laku ya udah, takdir,” tukasnya.

Candaan yang dilontarkan Gus Miftah menuai kritik tajam dari netizen hingga tokoh publik dan selebritis. Banyak yang menilai bahwa pernyataan tersebut tidak pantas, terutama karena pedagang kecil dianggap sedang berjuang mencari nafkah.

Gus Miftah pun menyampaikan permintaan maaf setelah komentar tersebut viral. “Saya memang sering bercanda ke siapapun,” ujarnya dalam klarifikasi terpisah.

Selain itu, teguran kepada Gus Miftah bahkan datang langsung melalui Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya.

Meski telah meminta maaf secara terbuka dan mendatangi Sunhaji untuk berdamai, desakan agar dirinya dicopot dari jabatan tetap bergulir di media sosial.

valomi
Kalo sertifikat itu perlu tapi jg ada dusta sehingga sifat babi nya di kedepankan, ulama babi bisa medptkan sertifikat, demikian juga dgn Gus babi mudah mdptkn karena dikelilingi babi, JD nya gak berguna, masih berguna babi punya kotaran bisa buat pupuk tapi namanya babi karena haram dimakan mk cuma kotoran yg berguna masih bagus drpd ulama babi, disekeliling Gus babi, apapun alasannya kata2 kasar dan kotor itu sifat babi, sehingga babi babi disekeliling Gus babi ya sama babi juga dan enehknya babi itu bisa ketawa saat dgr orang dihina padahal ulama, ulama babi namanya, babi itu paling suka kalo liat orang susah, ya maklum kan babi, JD namanya babi ya begitu
Awang
Kalau sertofikasi kaya orang magang jadi pendakwah ujungnya bayaran..haha..sebenarnya kata orang yg tak alal alias ungkapan goblok itu bahasa jawa..yg dalam alqu'an..afala tak qilun..alquran memang halus bahasanya..artinya apa lamu ga milor .apa koe ra ngutek nek bahasa jawane..
Waad
Tidak perlu ada serifikasi pendakwah. Pendakwah Islam itu jutaan jumlahnya. Tinggal yang melanggar saja yang ditindak. Baik melanggar etika, norma, tujuan dakwah, rambu2 dakwah, dan termasuk pelanggaran aqidah. Berikan mereka surat teguran dari kemenag. Kalau tetap melanggar, keluarkan surat larangan berdakwah di manapun.
3 komentar disini >

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI