"Mitra-mitra kesehatan kami terus memberikan layanan penting di daerah yang terdampak, termasuk perawatan trauma," jelas OCHA. "Mereka juga telah mengerahkan unit medis di pusat-pusat penerimaan dan sekolah di Raqqa, Tabqa, dan Al-Hasakeh."
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) telah mengirimkan tim keliling dan mendirikan klinik permanen di Homs. Di Suriah barat laut, 24 fasilitas kesehatan yang sempat menghentikan operasi mereka kini telah kembali berfungsi, meskipun beberapa belum beroperasi.
"Suriah berada dalam situasi yang kritis antara perdamaian dan perang, stabilitas dan pelanggaran hukum, rekonstruksi atau kehancuran lebih lanjut," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi.
"Ada peluang besar bagi Suriah untuk bergerak ke arah perdamaian dan bagi rakyatnya untuk mulai kembali ke rumah. Namun, karena situasi yang tidak pasti, jutaan pengungsi masih berhati-hati dalam mempertimbangkan seberapa aman bagi mereka untuk kembali. Beberapa sangat ingin melakukannya, sementara yang lain masih ragu," ujar Grandi.
"Saran UNHCR adalah untuk tetap fokus pada isu kepulangan," lanjut Grandi. "Kesabaran dan kewaspadaan sangat diperlukan, dengan harapan bahwa perubahan positif di lapangan dapat terjadi, sehingga proses kepulangan dapat berlangsung secara sukarela, aman, dan berkelanjutan, serta pengungsi dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang akurat."
Grandi menambahkan bahwa karena situasi yang terus berubah, UNHCR akan memantau perkembangan dan berinteraksi dengan komunitas pengungsi serta negara-negara pendukung dalam setiap proses kepulangan yang terorganisir.
Di negara-negara penampung pengungsi, terdapat beberapa pendapat yang mendorong pengungsi untuk kembali ke Suriah setelah runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad menyusul serangan besar-besaran dari kelompok-kelompok militan.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menekankan pentingnya dukungan donor agar UNHCR dan mitranya memiliki sumber daya yang cukup untuk menanggapi dengan cepat dan efektif, termasuk di negara-negara tetangga Suriah yang masih menampung jutaan pengungsi.
"Negara-negara ini memerlukan bantuan internasional untuk mempertahankan solidaritas dan kedermawanan yang luar biasa," kata Dujarric. "Sumber daya harus disediakan dengan fleksibel agar bantuan dapat disampaikan kepada mereka yang paling membutuhkan."
Baca Juga: Damaskus Jatuh ke Tangan Oposisi, AS Tak Berubah Sikap, Assad Cari Suaka di Rusia?