Namun, Desi mengakui keberadaan pelajaran coding dan AI tersebut membuatnya harus merogoh kocek lebih dalam untuk membiayainya, bahkan lebih mahal dibandingkan SMP lain.
Berbeda dengan siswa SMP, pelajaran coding dan AI tampaknya masih asing bagi siswa SD. Hal tersebut diungkapkan Siswa Kelas 4 SDN 1 Malangsuko, Kecamatan Tumpang, Malang, Wahyu.
Saat ditanya soal coding, Wahyu tidak memahaminya. Pun serupa dengan yang disampaikan Siswa Kelas 6 sekolah yang sama, Sita. Berbeda dengan Wahyu dan Sita, pelajar kelas 4 SDN 1 Malangsuko, Birli tampaknya lebih akrab dengan konsep coding.
"Tahu, pemrograman komputer, dapat membuat aplikasi games, membuat animasi," jawab Birli.
Kesadaran siswa mengenai coding rupanya turut memengaruhi minat mereka untuk belajar hal tersebut. Saat ditanya kemungkinan mereka ingin mengikuti pelajaran coding apabila diadakan di sekolah, jawaban mereka pun menjadi bervariasi.
Wahyu dan Sita yang sama-sama mengaku belum tahu tentang coding kembali punya jawaban serupa dengan tidak tertarik untuk belajar materi tersebut.
"Sulit," jawab Wahyu saat ditanya alasannya tidak tertarik.
Sementara itu, Birli yang sebelumnya mengaku sudah tahu tentang materi pemprograman komputer tersebut menyatakan berminat untuk belajar lebih banyak tentang coding. Siswa kelas 4 SD itu mengaku kalau dirinya memang punya kegemaran bermain games lewat komputer.

Pendidikan Karakter Lebih Penting
Baca Juga: Tak Masalah Coding Diajarkan Sejak SD, Tapi Orang Tua Khawatir Biaya Sekolah Makin Mahal
Sementara suara lain datang dari Koordinator nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonensia (JPPI) Ubaid Matarji. Ia mengemukakan bahwa memasukan pelajaran tambahan coding dan AI belum perlu dilakukan.