Suara.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Kamis (6/12) mengirimkan peringatan keras kepada sekutu Ukraina dan dunia internasional. Dalam wawancaranya dengan jurnalis Amerika Serikat Tucker Carlson, Lavrov menegaskan bahwa Rusia siap menggunakan "cara apa pun" untuk mempertahankan diri dan mencegah kekalahan strategis yang disebut-sebut oleh Barat.
“Kami berharap sinyal terbaru kami, termasuk penggunaan rudal hipersonik Oreshnik, diambil dengan serius,” ujar Lavrov, merujuk pada serangan rudal canggih tersebut ke kota Dnipro dua pekan lalu.
Rudal Oreshnik, yang diklaim oleh Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki kecepatan sepuluh kali lipat dari kecepatan suara dan tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara, telah menambah dimensi baru dalam konflik Ukraina yang kini memasuki tahun ketiga.
![Regu penyelamat melakukan tindakan di sebuah pusat perbelanjaan yang terkena serangan rudal di Kremenchuk, Poltava, Ukraina, pada Senin (27/06/2022). [Dok.Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/06/29/39666-rudal-rusia.jpg)
Serangan ini menuai kecaman internasional, termasuk dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang menyebut aksi tersebut sebagai "bentuk kegilaan terbaru Rusia." Zelenskyy juga menyerukan dukungan tambahan untuk sistem pertahanan udara negaranya guna menghadapi ancaman baru ini.
Baca Juga: California Diguncang Gempa Kuat, Peringatan Tsunami Sempat Berlaku
Di tengah eskalasi konflik, Lavrov mengklaim Rusia tetap mengutamakan penyelesaian damai melalui negosiasi, tetapi dengan syarat yang berat. Kyiv, menurut Lavrov, harus menerima kontrol Rusia atas wilayah Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia, yang kini dianggap sebagai bagian dari Federasi Rusia berdasarkan konstitusi negara tersebut.
“Ini adalah kenyataan yang harus diterima,” tegas Lavrov.
Lavrov juga melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan Amerika Serikat, menuding pemerintahan Presiden Joe Biden sengaja memperburuk situasi di Ukraina demi meninggalkan warisan buruk bagi pemerintahan Donald Trump yang akan datang.
Mengenai Trump, yang berjanji akan mengakhiri perang dengan cepat tanpa merinci langkah-langkahnya, Lavrov menyebutnya sebagai “pribadi yang kuat” dan “fokus pada hasil.”
Dalam wawancara yang mencakup berbagai isu global, Lavrov juga menyoroti konflik di Gaza dan Suriah. Ia mengecam operasi militer Israel di Gaza sebagai bentuk “hukuman kolektif yang melanggar hukum humaniter internasional.”
Baca Juga: Vladimir Putin: Amerika Serikat Lakukan Tindakan Agresif di Timur Tengah
Selain itu, Lavrov menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan di Suriah, di mana kelompok oposisi bersenjata terus memperluas wilayah kontrol mereka. Ia dijadwalkan bertemu dengan pejabat Turki dan Iran pada Jumat untuk membahas situasi di negara tersebut.