Suara.com - Program TELADAN yang digagas oleh Tanoto Foundation menghadirkan beasiswa inklusif yang terbuka untuk semua, termasuk penyandang disabilitas, dengan menambahkan pelatihan kepemimpinan untuk para penerima program. Sejauh mana program ini melahirkan pemuda calon pemimpin masa depan inklusif dan berkualitas global?
Di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), suasana tegang biasanya menyelimuti. Namun, seorang pemuda dengan jas berwarna gelap tampak tenang duduk di balik meja pemohon. Tidak ada raut wajah gugup tersirat di wajahnya. Penyakit katarak kongenital yang membuatnya mengalami kebutaan total sejak berusia 15 tahun bukan menjadi penghalang. Di ruang sidang itu, pemuda yang kerap dipanggil Fauzi itu duduk sebagai kuasa hukum dalam perkara uji materiil Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu terkait syarat ambang batas pencalonan presiden (presidential nomination threshold).
Fauzi tidak berjuang sendiri. Ia didampingi dua koleganya, Ahmad Alfarizy dan Sandy Yudha Pratama Hulu, yang bersama-sama mengawal permohonan dari Hadar Nafis Gumay, Direktur Eksekutif Yayasan NETGRIT, dan Titi Anggraeni, seorang penggiat demokrasi. Mereka meminta agar partai parlemen maupun non-parlemen dapat mencalonkan pasangan presiden tanpa terhalang ambang batas suara.
Ini bukan kali pertama Fauzi tampil di ruang sidang MK. Saat masih duduk di semester 8 Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ia sudah mencuri perhatian ketika menggugat Pasal 7 ayat (2) huruf s UU Nomor 10 Tahun 2016. Gugatan itu mendesak MK melarang anggota legislatif terpilih di Pileg 2024 maju dalam Pilkada 2024, dengan alasan pengkhianatan terhadap mandat rakyat. Meski gugatan itu ditolak, keberanian Fauzi meninggalkan kesan mendalam. Bahkan, beberapa hakim memuji keseriusan dan kedalaman argumennya.
Tidak hanya bersinar di ruang sidang Mahkamah Konstitusi, Fauzi juga menunjukkan kiprahnya sebagai pemimpin muda berbakat di tingkat nasional. Pada 2023, ia berhasil terpilih menjadi salah satu dari 35 peserta Sekolah Staf Presiden (SSP), sebuah program kepemimpinan nasional yang diikuti lebih dari 66.000 pendaftar di seluruh Indonesia. Selama 14 hari, ia dan peserta lainnya mendapatkan pelatihan intensif tentang kepemimpinan dan pengelolaan negara. Pelatihan ini menjadi bekal pokok untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan. Fauzi mengakui, perjalanan hidupnya hingga titik ini tidak terlepas dari berbagai pelatihan dan pembinaan yang ia dapatkan melalui beasiswa TELADAN dari Tanoto Foundation.
"Program TELADAN mengajarkan banyak nilai-nilai, seperti tekun dan pantang menyerah. Seluruh kegiatanku di dalam dan luar kampus banyak terinspirasi dari nilai-nilai yang dibawa oleh Tanoto Foundation," kata Fauzi saat dihubungi Suara.com, Senin (18/11/2024).
Fauzi adalah salah satu dari sekitar 8.338 penerima beasiswa TELADAN dari Tanoto Foundation sejak tahun 2006-2023. Merujuk pada data Tanoto Foundation per Oktober 2024, sepanjang tahun 2021-2024 tercatat ada 121 penerima beasiswa TELADAN aktif yang tersebar di sepuluh perguruan tinggi mitra. Penerima beasiswa ini didominasi oleh mahasiswa jurusan engineering yakni sebanyak 40 mahasiswa atau 33 persen, selanjutnya sebanayk 32 mahasiswa atau 26 persen berasal dari jurusan social science, dan 17 mahasiswa atau 14 persen dari jurusan medicine and healthcare. Mayoritas mahasiswa penerima beasiswa TELADAN sebanyak 58 mahasiswa atau 48 persen mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3,75 setiap semester.
Lewat guyuran beasiswa TELADAN, Fauzi mampu menembus keterbatasan yang dimiliki dan mengukir prestasi di tingkat nasional. Berkat dukungan TELADAN pula, Fauzi bisa lulus dari Ilmu Hukum Universitas Indonesia dengan meraih gelar cumlaude. Perluasan akses beasiswa inklusif yang terbuka untuk penyandang disabilitas dari Tanoto ini selaras dengan tujuan nomor 4 Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia tentang pendidikan berkualitas yang inklusif dan komitmen Group of Twenty (G20) 2022 yakni mempercepat inklusivitas pasar kerja bagi penyandang disabilitas.
Membangun Karakter Pemimpin Masa Depan bersama TELADAN
Program TELADAN merupakan singkatan dari Transformasi Edukasi untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan. Program yang lahir sejak tahun 2006 ini merupakan inisiatif dari Tanoto Foundation untuk memberikan beasiswa dan pelatihan kepemimpinan kepada mahasiswa dari perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation. Hingga saat ini ada sepuluh perguruan tinggi yang telah bermitra dengan beasiswa TELADAN, yakni Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Mulawarman, Universitas Riau, dan Universitas Sumatera Utara.
Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation, Michael Susanto mengatakan, kemampuan teknikal yang didapatkan di jenjang perkuliahan tidak cukup untuk melahirkan anak muda siap kerja. Mulai tahun 2019 Tanoto Foundation menambahkan program pelatihan kepemimpinan untuk meningkatkan soft skill para penerima beasiswa untuk meningkatkan peluang kerja yang lebih baik dan dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat. Program ini juga dilahirkan untuk membantu Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi di Indonesia yang masih rendah, yakni 33,7 persen di tahun 2017.
"Tadinya hanya memberikan beasiswa saja, kini menjadi beasiswa kepemimpinan. Kami tidak hanya memberikan akses pendidikan tetapi juga pelatihan mulai dari semester dua sampai lulus," kata Michael dalam wawancara ekslusif penerima Beasiswa Liputan Tanoto Foundation, Rabu (20/11/2024).
Selama menjadi penerima beasiswa TELADAN, para penerima yang disebut sebagai Tanoto scholars akan mendapatkan bantuan biaya kuliah 100 persen mulai semester dua sampai delapan dan tunjangan biaya hidup setiap bulan. Selain itu, mereka juga mendapatkan kurikulum pengembangan kepemimpinan yang didesain sesuai dengan perkembangan psikologis mahasiswa. Adapun tahapan pengembangan kepemimpinan TELADAN dimulai dari fase Lead Self untuk mahasiswa yang berada di semester dua sampai empat. Di sini Tanoto scholars akan dibantu untuk mengenali diri sendiri dengan baik, bagaimana memimpin diri sendiri sebelum kemudian nanti mereka akan memimpin orang lain.
Selanjutnya masuk tahap kedua, yakni Lead Others di semester lima dan enam. Di tahap ini Tanoto scholars diajak untuk mulai memimpin lingkungan sekitarnya. Mereka diminta untuk memberikan kontribusi nyata untuk masyarakat.
"Tahap kedua (Tanoto scholars) diajak memahami persoalan masyarakat dan solusinya apa, misal stunting. Kami mengajak mereka berpikir, apa peran anak muda dalam masyarakat jika menghadapi persoalan ini," ujar Michael.
Setelah aktif memberikan kontribusi untuk masyarakat sekitar, maka tibalah Tanoto scholars pada tahap Professional Preparation di semester tujuh dan delapan. Para Tanoto scholars akan dikenalkan dengan berbagai pilihan karier yang bisa mereka kejar setelah lulus dari bangku perkuliahan. Tanoto membuka peluang magang baik di dalam maupun luar negeri, memberikan sponsorship untuk mengikuti lomba tingkat nasional maupun internasional, kesempatan membangun jejaring internasional melalui program belajar di luar negeri dan pembiayaan penelitian.
Dari kurikulum pengembangan kepemimpinan TELADAN, maka akan lahirlah sembilan karakter pemimpin masa depan TELADAN dalam diri para Tanoto scholars. Kesembilan karakter ini meliputi mawas diri (self-awareness), gigih (driven), integritas (integrity), pembelajar sepanjang hayat (continuous learning), teguh dan tekun (grit), peduli sesama (care of others), memberdayakan orang lain (empower others), inovatif (innovative), dan semangat wirausaha (enterpreneurial spirit). Capaian nilai-nilai karakteristik inilah yang membedakan beasiswa TELADAN dengan model beasiswa lainnya.
Untuk menjadi Tanoto scholars tidaklah sulit. Tanoto Foundation membuka peluang untuk semua mahasiswa aktif semester satu di sepuluh perguruan tinggi mitra Tanoto. Selain itu, pelamar d/minta menunjukkan prestasi akademik dengan nilai rata-rata rapor kelas XII SMA/SMK/MA adalah 8 dari skala 10) dan prestasi non-akademik seperti pengalaman organisasi kesiswaan, komunitas sosial atau terkait lainnya. Pelamar juga diminta menunjukkan potensi kepemimpinan yang kuat serta komitmen untuk berkontribusi pada masyarakat. Mahasiswa penyandang disabilitas juga dipersilakan mendaftar program beasiswa ini.
"Kami terbuka untuk siapa saja, berbagai latar belakang termasuk disabilitas," ujar Michael.
Sampai saat ini program TELADAN belum memiliki program khusus untuk memfasilitasi Tanoto scholars disabilitas. Semua penerima beasiswa akan mendapatkan fasilitas yang sama dan memiliki peluang serta kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri. Meski demikian, Tanoto Foundation tidak berdiam diri, mereka aktif melakukan koordinasi dengan bagian kemahasiswaan untuk bisa mengakomodasi kebutuhan Tanoto scholar disabilitas.
Michael mengakui, dampak dari beasiswa TELADAN untuk mahasiswa disabilitas belum bisa dilihat karena program TELADAN baru dimulai tahun 2019. Namun, ia melihat potensi yang luar biasa dari para Tanoto scholars disabilitas yang menjalani pengembangan kepemimpinan.
"Mereka (Tanoto scholars disabilitas) luar biasa. Ternyata dengan diberikan kesempatan yang sama (dengan non-disabilitas), mereka memiliki kompetensi dan bisa berkembang," ujar Michael.
Selain memberikan beasiswa TELADAN untuk mahasiswa di perguruan tinggi, Tanoto Foundation juga memfasilitasi pendidikan berkualitas untuk anak usia dini mulai dari usia nol sampai enam tahun lewat program SIGAP dan pendidikan dasar untuk anak usia enam sampai 18 tahun serta membantu meningkatkan kualitas guru melalui program PINTAR.
Cetak Orang Muda dengan Prestasi Gemilang
Egi Erlangga, mahasiswa semester akhir Ilmu Komputer di Universitas Riau, adalah bukti nyata bahwa program TELADAN memberikan kesempatan bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang ekonomi. Keterbatasan ekonomi yang ia hadapi tidak menghalanginya untuk bermimpi besar. Bagi Egi, beasiswa dari Tanoto Foundation adalah lebih dari sekadar bantuan biaya pendidikan, tetapi pintu menuju perubahan hidup yang ia dambakan.
“Beasiswa itu nggak melulu soal uang. Di Tanoto, yang paling berdampak buat aku bukan cuma free tuition, tapi program-program pengembangannya. Kalau nggak ada pelatihan dari Tanoto, mungkin aku masih jadi orang ‘buta’ yang nggak ngerti diriku sendiri, apalagi apa yang mau aku capai,” kata Egi.
Program TELADAN bukan hanya membantu Egi dari sisi akademik, tetapi juga membawanya melampaui batas-batas yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan. Berkat program ini, Egi mendapatkan pengalaman luar biasa, untuk pertama kalinya ia bisa menginjakkan kaki di Pulau Jawa, bertemu dengan para Tanoto scholars berprestasi dari penjuru negeri. Tidak hanya itu, ia juga terpilih mewakili Indonesia dalam forum Asia-Europe Young Leaders Summit 2024 di Budapest, Hungaria.
Dukungan pelatihan yang holistik dari beasiswa TELADAN mampu melahirkan bakat baru maupun mempertajam kemampuan para Tanoto scholars. Hal inilah yang dirasakan oleh Hans Mangatur Pakpahan, mahasiswa Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mendapatkan Global Experience Program ke Mahidol University, Thailand. Ia sangat bersyukur bisa lolos menjadi penerima beasiswa TELADAN dan mendapatkan berbagai program pengembangan diri. Menurutnya, beasiswa dari Tanoto Foundation sangat inklusif karena Tanoto memberikan akses kesetaraan pendidikan untuk setiap anak tanpa memandang latar belakang dan kemampuan fisiknya.
Selama berkuliah, ia mendapatkan banyak dukungan dari Tanoto Foundation untuk mengembangkan potensi diri, belajar memimpin diri sendiri dan orang lain hingga mempersiapkan jenjang karier sejak dini. Peningkatan kapasitas diri ini membuat Hans mampu meraih lebih dari tujuh penghargaan bidang akuntansi di tingkat nasional dan internasional selama mengenyam pendidikan tinggi.
“TELADAN benar-benar dirancang agar penerimanya dapat menjadi pemimpin di masa depan yang kompeten, berintegritas dan dapat bersaing di berbagai sektor pekerjaan,” ujar Hans kepada Suara.com.
Prestasi membanggakan juga diukir oleh Rafael David Santoso, mahasiswa penerima beasiswa TELADAN dari jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat ini ia sedang menjalani perkuliahan di University of Siena, Italia setelah lolos program pertukaran mahasiswa ke luar negeri Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2024.
Rafael mengatakan, selama menjadi penerima beasiswa ia tidak hanya mendapatkan materi kepemimpinan saja, melainkan juga pembinaan intensif oleh psikolog spesialis untuk memantau perkembangan dirinya. Ia mendapatkan materi komprehensif dan diajak mengikuti diskusi interaktif setiap bulannya untuk menstimulus soft skill yang dimilikinya. Melalui lingkaran pengembangan TELADAN Tanoto Scholars Gathering Rafael bisa bertemu dengan mahasiswa-mahasiswi berprestasi di seluruh Indonesia sehingga bisa saling menjalin relasi dan bertumbuh bersama.
Berbagai prestasi lahir berkat penanaman nilai-nilai baik dalam diri Rafael melalui program pengembangan diri TELADAN. Mulai dari Best Male Participant in Tanoto Foundation Lead Self Program 2022; National 1st Runner-Up of Marketeers Innovation Challenge 2023 "Business Model Innovation" with Pertamina; Finalist of the 14th PPM Business Case Competition with Le Minerale, Mayora 2023; National 2nd Runner-Up of BIST LEAGUE 6.0 (Business IT Competition) with Bandung Institute of Technology 2023.
“Saya mendapatkan penghargaan ini atas progres yang konsisten dan komitmen saya dalam mengikuti pembelajaran setiap bulan terkait penemuan potensi dan aktualisasi diri selama 1,5 tahun,” ujar Rafael yang menjadi president of Tanoto Scholar Association UGM.
Tanoto Foundation tidak hanya membantu para mahasiswa mengukir berprestasi selama menjadi berkuliah, para alumni penerima beasiswa TELADAN juga memiliki jenjang karier yang cemerlang. Misalnya Zacky Khairul Umam alumni TELADAN angkatan 2006 kini menjadi Direktur Abdurrahmn Wahid Centre for Peace and Humanities Universitas Indonesia sekaligus dosen di Universitas Islam International Indonesia, Vanessa Geraldine alumni TELADAN angkatan 2013 kini menjadi co-founder and Chief Commercial Officer PRIEDS Technology, Vania Fitryanti Herlambang alumni TELADAN angkatan 2013 yang kini menjadi aktivis lingkungan, Miss International Indonesia 2018 dan Puteri Indonesia Lingkiungan 2018. Selain nama-nama yang telah diuraikan, masih ada ribuan alumni beasiswa TELADAN yang kini dapat berkarier baik di dalam maupun luar negeri.
Model Beasiswa yang Wajib Direplikasi
Pakar Pendidikan, Darmaningtyas memberikan apresiasi kepada Tanoto Foundation karena telah melahirkan model beasiswa yang fokus meningkatkan soft skill para penerimanya. Terlebih, beasiswa Tanoto Foundation juga bersifat inklusif sehingga perlu direplikasi oleh berbagai pihak untuk melahirkan lebih banyak lagi pemuda dengan technical skill dan soft skill yang mumpuni.
"Tentu bagus itu. Model ini perlu dikembangkan lagi," kata Darmaningtyas saat dihubungi.
Setali tiga uang, Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Hempri Suyatna menilai kemampuan interpersonal atau soft skill pemuda harus ditingkatkan agar bisa mengikuti berbagai bentuk dinamika ketenagakerjaan yang ada. Saat ini Indonesia sedang berada dalam fase puncak bonus demografi. Artinya, jumlah penduduk usia tenaga kerja mendominasi Indonesia, sehingga persaingan di sektor ketenagakerjaan menjadi tinggi.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2023, jumlah penduduk usia kerja di atas 15 tahun sebanyak 212,59 juta orang dengan jumlah angkatan kerja mencapai 147,71 juta orang, naik 3,99 juta orang dibanding Agustus 2022. Penduduk yang bekerja juga mengalami kenaikan, yakni sebanyak 139,85 juta orang pada Agustus 2023, naik sebanyak 4,55 juta orang dari Agustus 2022.
Tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan. Merujuk pada Sakernas Agustus 2022 tercatat tingkat pengangguran terbuka sebanyak 5,86 persen turun menjadi 5,32 persen pada Agustus 2023. Meski mengalami penurunan, jumlah pengangguran masih terbilang tinggi yakni 7,86 juta orang.
Oleh karena itu, Hempri meminta agar pemerintah mulai fokus menciptakan program pengembangan kapasitas, salah satunya dengan memberikan beasiswa dengan menambahkan kemampuan kewirausahaan atau soft skill. Peningkatan kurikulum ini dinilai sangat penting untuk mendorong pemuda mampu beradaptasi dengan situasi pasar kerja terkini.
"Saya lihat Tanoto Foundation itu menambahkan soft skill. Pemerintah harus mengembangkan ini, kurikulum tidak boleh stagnan, harus update dengan situasi pasar kerja, sehingga tenaga kerja bisa diserap pasar kerja baru," kata Hempri.
Sementara itu, Fauzi yang kini telah menjadi alumni beasiswa TELADAN mengaku model beasiswa yang diinisiasi Tanoto Foundation membawa perubahan besar dalam hidupnya. Semua nilai-nilai kepemimpinan dan pengembangan diri yang didapatnya sangat berguna tidak hanya di jenjang perkuliahan, melainkan setelah ia lulus.
“Dari semua beasiswa yang ada, model beasiswa Tanoto adalah yang terbaik. Lebih jauh lagi nilai-nilai yang diajarkan membantu saya setelah lulus, menghadapi pekerjaan, membangun integritas. Sehingga sangat bagus diadopsi pemberi beasiswa lainnya,” kata Fauzi.