Disebut Bisa jadi Ketum Golkar usai Dibuang PDIP, Nasib Jokowi Ditentukan Bahlil?

Kamis, 05 Desember 2024 | 19:49 WIB
Disebut Bisa jadi Ketum Golkar usai Dibuang PDIP, Nasib Jokowi Ditentukan Bahlil?
Disebut Bisa jadi Ketum Golkar usai Dibuang PDIP, Nasib Jokowi Ditentukan Bahlil? [ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia dinilai bisa menjadi penentu karier politik Joko Widodo (Jokowi) setelah Presiden RI-7 itu tidak lagi diakui sebagai kader PDIP. Peran Bahlil dinilai sentral, karena Golkar sendiri menjadi partai yang paling mungkin menjadi pelabuhan Jokowi beserta putra sulungnya Gibran Rakabuming serta menantunya Bobby Nasution.

Pengamat Politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menyampaikan bahwa bukan tidak mungkin Jokowi bisa menjadi ketua umum apabila benar dia akan merapat ke Golkar.

"Semua bergantung pada kemampuan mesin politik yang sedang dimainkan oleh Pak Bahlil untuk menyiapkan landasan di internal partai Golkar, apakah kemudian kekuatan politik di dalam Golkar bisa terjinakkan atau tidak," kata Umam kepada Suara.com, ditemui di kampus Universitas Paramadina, Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) saat ditemui dikediaman pribadinya, Kamis (28/11/2024). [Suara.com/Ari Welianto]
Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) saat ditemui dikediaman pribadinya, Kamis (28/11/2024). [Suara.com/Ari Welianto]

Menurut Umam, jika Bahlil bisa mengonsolidasikan internal Partai Golkar, maka besar kemungkinan Jokowi bisa merebut kursi ketua umum. 

Baca Juga: Didesak Agar Didepak dari Kabinet Prabowo, Dasco Gerindra Lepas Tangan soal Nasib Gus Miftah: Saya Gak Bisa Jawab

"Tapi kalau misalnya ternyata belum, ya bisa dipahami bahwa opsi-opsi yang lain akan terjadi," ujarnya.

Setelah tidak lagi dianggap sebagai kader PDIP, Jokowi dan keluarganya dinilai memang perlu segera memastikan arah keberpihakan mereka.

Walaupun Jokowi telah dua periode berturut-turut menjadi Presiden RI sehingga tidak bisa lagi berkompetisi dalam kontestasi politik nasional, namun  Umam menjelaskan kalau dia masih memerlukan posisi strategis untuk 'mengamankan' dirinya.

"Perlindungan terbaik bagi mantan pemimpin politik yang sudah memiliki atau sedang memiliki cukup banyak musuh politik yang sedang menyasar dia secara politik, maka yang bisa dilakukan adalah menciptakan atau menjadi, mencari sistem perlindungan yang kuat dan sistem proteksi yang kuat. Salah satunya adalah menjadi bagian dari kekuatan partai politik lain yang bisa memberikan perlindungan," tuturnya.

Baca Juga: Rangkul Maksa saat Minta Maaf ke Penjual Es Teh, Profesor Ini Sentil Gesture Gus Miftah: Very Patronizing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI