Suara.com - Pungutan liar (pungli) di sekolah kembali ramai jadi perbincangan publik usai viral SMAN 2 Cibitung, Kabupaten Bekasi, diduga lakukan tindakan ilegal tersebut.
Kasus tersebut kini membuka keresahan serupa di kalangan orangtua siswa yang menduga praktik pungli juga terjadi di sekolah-sekolah lain di wilayah Kabupaten Bekasi.
Seorang wali murid SMA negeri di Tambun, Bekasi, misalnya, mengaku pernah dimintai biaya sumbangan oleh sekolah ketika acara sosialisasi bersama.
Modus pungli dilakukan kepada orangtua murid dengan cara diminta menuliskan nominal sumbangan. Alhasil, seolah-olah sumbangan memang berdasarkan kesepakatan dengan orangtua murid.
"Dulu awal masuk juga diminta sumbangan gitu tapi gak nyebut nominal, cuma disuruh isi berani berapa. Tapi ya undangan ke wali murid modusnya sosialisasi," kata Alif (bukan nama sebenarnya) kepada Suara.com saat dihubungi Kamis (5/12/2024).
Menurut Alif, ada beberapa orangtua murid lain yang mau menulis nominal sumbangan tersebut. Sementara, ia enggan menuruti permintaan sekolah karena menyadari tindakan tersebut termasuk pungli.
Alif menyampaikan, cara sekolah meminta sumbangan itu mirip dengan yang dilakukan SMAN 2 Cibitung. Hanya saja, dia menilai kalau oknum komite sekolah di SMAN 2 Cibitung lebih berani dalam memungut pungli.
"Mungkin kalau di Cibitung itu kan sekolah baru, dan lokasinya agak pelosok, jadi pungutannya agak ugal-ugalan, oknum lebih berani. Kalau SMA anak saya di Tambun, sekolah lama dan dulu dikenal favorit. Jadi modusnya agak soft," ujarnya.
Modus Kegiatan Tahunan
Walau begitu, Alif menilai kalau sekolah anaknya masih terus lakukan pungutan ilegal dengan modus kegiatan yang dilakukan setiap tahun.
Kegiatan tersebut dilakukan di luar sekolah, sehingga meminta bayaran tambahan dari para siswa untuk biaya akomodasi. Namun, biaya kegiatan dinilai tidak masuk akal.
"Modus pungutannya ada aja kegiatan tiap tahun. Kelas satu, anak saya studi kampus biaya sekutar satu juta. Ke ITB dari Bekasi, Bandung PP sehari bayar sejutaan. Hebat kan," sindir Alif.
Perjalanan sehari Bekasi-Bandung tersebut menggunakan bus serta para siswa hanya diberi makan satu kali. Namun, biaya untuk kegiatan tersebut dipatok sampai lebih dari Rp 1 juta.
Kegiatan seperti itu, bahkan tidak hanya dilakukan satu kali. Terakhir, sekolah anak Alif mengadakan perjalanan ke Yogyakarta selama beberapa hari dengan pungutan biaya yang juga mencapai jutaan rupiah.
"Terakhir ke Jogja 2 malam 3 hari kalau nggak salah. Waktu kelas dua, studi kampus juga, itu Rp 3 jutaan lebih," ungkapnya.
Kini, anak Alif sudah duduk di kelas 3 SMA. Alif menyatakan kalau orangtua murid lainnya juga sama kritis dengan dirinya terhadap dugaan pungli tersebut.
Viral
Sebelumnya diberitakan, Politisi PSI Ronald Sinaga, melalui akun X pribadinya, mengunggah tangkapan layar yang berisi pesan dari seorang siswa SMAN 2 Cibitung.
Siswa yang disembunyikan identitasnya itu mengatakan kepada Ronald, mengenai kronologi pungli yang diduga dilakukan SMAN 2 Cibitung.
Dia menyebutkan kalau pungli itu diberlakukan untuk 600 siswa lainnya. Setiap orangtua siswa diwajibkan membayar biaya sebesar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.
Pungli di SMAN 2 Cibitung tersebut dikatakan sudah terjadi berulang. Karena sebelumnya, sekolah juga meminta uang dari orangtua siswa dengan alasan pembangunan pagar. Namun, sampai sekarang pagar sekolah tak kunjung ada.
Kemudian, pada tahun ajaran 2024/2025 sekolah kembali meminta biaya tambahan dengan alasan untuk urug tanah. Siswa itu merasa, tak seharusnya sekolah negeri meminta biaya tambahan kepada siswanya untuk pembangunan gedung.
Kepada Ronald, sang siswa juga mengungkapkan konsekuensi yang akan dihadapi para murid bila tidak membayar yang diminta sekolah.
"Masalahnya kalau nggak bayar nggak dikasih kertas ulangan bang, gimana mau maju Indonesia emas," ujarnya.