Suara.com - Para pembantu utama Presiden Yoon Suk Yeol dari Korea Selatan mengajukan pengunduran diri pada Rabu pagi saat ia menghadapi kemarahan yang meluas atas pemberlakuan darurat militer yang dilakukannya semalam, sebuah langkah yang ia batalkan dalam hitungan jam.
Deklarasi darurat militernya, dalam pidato yang disiarkan di televisi secara tidak terjadwal pada Selasa malam, memicu kekacauan politik di dalam salah satu sekutu terdekat Amerika di Asia dan membangkitkan kenangan akan rezim diktator pascaperang yang membungkam perbedaan pendapat secara damai dan menciptakan negara polisi.
Namun, taktik Yoon tampaknya menjadi bumerang selama satu malam yang menegangkan, dan sebelum matahari terbit di Seoul pada Rabu, ia telah mundur.
Saat demonstrasi yang sebagian besar berlangsung damai di Seoul, Majelis Nasional yang beranggotakan 300 orang memberikan suara 190-0 untuk mencabut darurat militer, sebuah teguran cepat atas tanggapan Yoon terhadap krisis politik. Beberapa jam kemudian, Yoon mengumpulkan kabinetnya, yang menyetujui perubahan tersebut.
Baca Juga: Yoon Suk Yeol Mundur dari Panggung, Darurat Militer Dicabut di Tengah Kritik
Pada Rabu pagi, beberapa ajudan senior Yoon, termasuk kepala stafnya, secara kolektif mengajukan pengunduran diri mereka, menurut KBS, penyiar nasional Korea Selatan, dan kantor berita Yonhap.
Konsekuensinya sekarang tidak jelas. Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di luar Majelis Nasional, meneriakkan, "Akhiri darurat militer!" Yang lain memenuhi satu ruas jalan delapan jalur untuk menuntut penangkapan Yoon. Terjadi protes di pusat kota Seoul setelah serikat pekerja dengan lebih dari satu juta anggota mengumumkan "mogok umum tak terbatas" untuk menuntut pengunduran diri Yoon.
Bahkan pemimpin partai politik Yoon sendiri, Han Dong-hoon dari Partai Kekuatan Rakyat, mengkritik langkah tersebut, menyebut deklarasinya "salah." Dalam sebuah pertunjukan pembangkangan, Han berjabat tangan dengan Lee Jae-myung, pemimpin oposisi utama, ketika para anggota parlemen berkumpul untuk memberikan suara menentang darurat militer.
Yoon, yang sangat tidak populer, menuduh oposisi merencanakan "pemberontakan" dan "berusaha menggulingkan demokrasi bebas." Rabu pagi, ia menggolongkan keputusannya sebagai tindakan "tekad nasional melawan kekuatan antinegara yang berusaha melumpuhkan fungsi-fungsi penting negara dan mengganggu tatanan konstitusional demokrasi liberal kita."
Ini adalah pertama kalinya seorang presiden Korea Selatan mengumumkan darurat militer sejak kediktatoran militer berakhir di negara itu pada akhir 1980-an.
Baca Juga: Korsel Darurat Militer! Bagaimana Nasib Keluarga Shin Tae-yong?