Suara.com - Militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah menyerang sasaran-sasaran Hizbullah di selatan Lebanon dalam 24 jam terakhir pada hari Minggu, meskipun gencatan senjata yang rapuh masih berlaku antara kedua pihak.
Israel menyatakan bahwa serangan ini dilakukan untuk menghilangkan ancaman yang dianggap melanggar ketentuan gencatan senjata yang telah disepakati.
Dalam pernyataannya, militer Israel mengungkapkan bahwa serangan terbaru terjadi setelah pasukan mereka mendeteksi beberapa sosok yang dianggap sebagai teroris bersenjata yang berada di dekat sebuah gereja di selatan Lebanon yang digunakan aktif oleh Hizbullah pada hari Sabtu.
Militer Israel menambahkan bahwa pasukan mereka memusnahkan teroris-teroris tersebut dan dalam pemindaian lebih lanjut di wilayah tersebut, mereka menemukan sebuah lubang terowongan yang berisi senjata.
Baca Juga: Milisi Dukungan Iran Merapat ke Suriah Utara
Di sisi lain, Lembaga Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan bahwa pasukan Israel terus melanggar gencatan senjata di selatan Lebanon pada hari Minggu.
NNA mencatat sejumlah insiden, termasuk serangan pesawat tempur Israel yang menargetkan desa perbatasan Yarun pada pagi hari, serta tembakan artileri yang menghantam beberapa lokasi, termasuk kota Khiam dan pinggiran Aitarun.
Sejak dimulainya gencatan senjata yang dimediasi oleh AS dan Prancis pada Rabu lalu, pasukan Israel dan Hizbullah telah menahan diri dari eskalasi besar, meskipun Israel terus menyerang sasaran-sasaran yang dianggap melanggar perjanjian tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengunjungi rekrutan militer baru pada hari Minggu, menegaskan bahwa Israel akan menegakkan gencatan senjata secara ketat, dan bahwa setiap pelanggaran akan segera direspons dengan kekuatan yang besar.
Di utara Israel, beberapa warga secara hati-hati mulai kembali ke rumah mereka pada akhir pekan, sementara sekitar 150.000 anak sekolah di beberapa komunitas utara dapat kembali bersekolah.
Namun, 16.000 siswa di utara masih tidak dapat kembali ke sekolah, menurut Kementerian Pendidikan Israel.
Perang Israel-Hizbullah yang berlangsung lebih dari setahun telah mengakibatkan lebih dari 60.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di wilayah utara Israel akibat ancaman serangan roket dari Hizbullah.
Perang ini menewaskan setidaknya 3.961 orang di Lebanon, sebagian besar setelah Israel meningkatkan kampanye bombardirnya pada bulan September.
Di sisi Israel, setidaknya 82 tentara dan 47 warga sipil dilaporkan tewas akibat pertempuran ini.