Perang Dunia Ketiga Sudah Dimulai, Dari Serangan Siber hingga Rudal Tak Terhentikan

Bella Suara.Com
Senin, 02 Desember 2024 | 15:42 WIB
Perang Dunia Ketiga Sudah Dimulai, Dari Serangan Siber hingga Rudal Tak Terhentikan
Tank angkatan bersenjata Tajikistan tampak dalam latihan militer gabungan dengan Rusia dan Uzbekistan dekat perbatasan Tajikistan-Afghanistan, Selasa (10/8/2021). ANTARA/REUTERS/Didor Sadulloev/am.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ahli keamanan global memperingatkan bahwa dunia sebenarnya sudah berada dalam peperangan besar yang ketiga—dan telah berlangsung cukup lama.

Meskipun seringkali perang di masa lalu digambarkan dalam bayangan besar seperti Perang Dunia I dan II dengan pertempuran sengit di Eropa, peperangan modern kini lebih tersembunyi dan berbentuk baru, yakni peperangan digital yang membawa dampak besar di dunia maya.

Mark Toth, ahli keamanan nasional, bersama Kolonel Jonathan Sweet, mantan pejabat intelijen AS, berpendapat bahwa Perang Dunia Ketiga telah dimulai sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022.

Api membakar bangunan usai serangan Rusia di kota Irpin, Kiev, Ukraina, Rabu (30/3/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Oleksandr Ratushniak/foc.
Api membakar bangunan usai serangan Rusia di kota Irpin, Kiev, Ukraina, Rabu (30/3/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Oleksandr Ratushniak/foc.

"Invasi Putin ke Ukraina adalah babak awal dari Perang Dunia Ketiga. Ini adalah tanda bagi dunia bahwa tatanan global yang ada sejak Perang Dunia Kedua sudah tidak berlaku lagi," ungkap mereka dalam wawancara dengan MailOnline.

Baca Juga: Serangan Udara Rusia dan Suriah Guncang Aleppo, Puluhan Warga Sipil Tewas Selama Dikuasi Pemberontak

Berbeda dengan perang tradisional yang sering digambarkan dalam film-film Hollywood dengan ledakan besar atau kehancuran yang nampak jelas, perang kali ini berlangsung dalam bentuk yang lebih subtil namun lebih merusak.

Menurut para ahli, perang ini terjadi dalam bentuk “perang dengan seribu luka,” yang berlangsung di berbagai medan dan kawasan secara bersamaan, mulai dari serangan di dunia maya hingga pertempuran fisik di berbagai wilayah.

Salah satu tanda nyata dari perang ini adalah serangan siber yang semakin intensif. Baru-baru ini, dilaporkan bahwa perangkat lunak peretas Rusia telah digunakan untuk mencuri data log-in ratusan pegawai Kementerian Pertahanan Inggris (MoD), dalam sebuah pelanggaran keamanan besar.

Ilustrasi peretas sedang melancarkan serangan siber. [Shutterstock]
Ilustrasi peretas sedang melancarkan serangan siber. [Shutterstock]

Serangan ini mengungkapkan email, kata sandi, dan informasi lainnya dari hampir 600 pegawai—termasuk personel militer Inggris, pegawai negeri, dan kontraktor pertahanan—yang telah dibocorkan di dark web sejak 2020. Meskipun informasi yang dicuri tidak bersifat klasifikasi, kebocoran ini tetap menghadirkan ancaman signifikan bagi keamanan global.

Selain itu, Rusia juga mengumumkan dimulainya produksi massal rudal balistik Oreshnik yang ditakuti. Rudal jarak menengah baru ini digunakan dalam serangan di Dnipro yang menghancurkan sebuah pabrik, memicu kekhawatiran internasional.

Baca Juga: Rusia Pecat Jenderal Suriah Setelah Pemberontak Rebut Aleppo

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengklaim bahwa rudal ini "tak terhentikan," dengan kecepatan terbang Mach 10, dan bahkan sistem pertahanan udara AS tidak mampu menghentikannya.

Dengan serangan fisik, siber, dan ancaman senjata baru yang muncul, dunia seolah berada di ambang ketegangan yang semakin meningkat. Sementara konflik terbuka mungkin belum sepenuhnya terjadi, namun peperangan dalam berbagai bentuk ini sudah mengukir sejarah baru dalam konflik global yang lebih terdistribusi dan tersembunyi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI