Suara.com - Presiden Prabowo Subianto sempat jadi perbincangan publik lantaran mengeluarkan surat ajakan untuk mendukung pasangan Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil-Suswono.
Pengamat Politik, Ichsanudin Noorsy menilai bahwa sikap yang dilakukan Prabowo tersebut bukanlah contoh teladan yang baik sebagai seorang pemimpin negara.
“Prabowo Subianto yang menyatakan akan menegakkan UUD 45 secara murni, bisa jadi teladan nggak itu?,” ujar Ichsan.
“Surat kemarin itu membuktikan bahwa dirinya tidak bisa jadi teladan,” tandasnya,
Baca Juga: Respons PGRI Terkait Janji Prabowo soal Kesejahteraan Guru, Apa Katanya?
Bagi Ichan, Langkah yang dilakukan Prabowo untuk mengajak masyarakat mendukung Ridwan Kamil dan Suswono ini lantaran Ridwan Kamil sudah dalam posisi terjepit.
“Surat kemarin itu menunjukkan bahwa Ridwan Kamil dan Suswono sudah kejepit karena 5 hal, Bobotoh, menghina Jakarta, soal janda, menghina nabi, lelaki gemulai,” ungkapnya.
“Surat kemarin itu menunjukkan sebuah praktik politik yang salah,” tambahnya.
Ichan blak-blakan mengatakan bahwa hal yang harus dilakukan Prabowo sebagai pemimpin negara adalah meninggalkan perannya menjadi ketua umum partai.
Pasalnya, sebagai pemimpin negara haruslah tetap netral dan memberi dukungan kepada semuanya.
Baca Juga: Viral Warga Ngaku Dapat Hadiah Gas Melon dari PDIP, Admin Gerindra: Enaknya Diapain Ini?
“Kan kita bangga gini ya, kalau anda jadi presiden maka baju Gerindra harus dicopot, baju PDIP anda harus copotin, baju yang Namanya partai apa saja harus dicopotin,” ujarnya.
“Anda adalah anak bangsa, anak negara terbaik untuk memimpin bangsa ini. Dan Ketika anda bawa partai di depannya, maka sesungguhnya anda menjadi pemimpin kelompok, anda bukan pemimpin bangsa, anda bukan pemimpin negara, anda adalah pemimpin kelompok anda,” tegasnya.
Ichan sontak menegaskan bahwa sebagai masyarakat harus lebih cerdas memilih seorang pemimpin. Sebesar apapun cara dia mensejahterakan rakyat namun jika perilakunya tidak teladan maka patut untuk ditinggalkan.
“Ketika Pemimpin negara itu perilakunya tidak konsisten, Ketika perilakunya menunjukkan bukan teladan yang baik maka dia patut ditinggalkan,” ungkapnya.
“Dia tidak patut dicontoh, dan itulah kegagalan bagi dia,” tambahnya.
Kontributor : Kanita