Suara.com - Kepolisian Filipina pada Rabu (26/11) mengajukan tuntutan pidana terhadap Wakil Presiden Sara Duterte dan staf keamanannya terkait dugaan serangan terhadap aparat serta ketidakpatuhan terhadap perintah dalam insiden yang terjadi di gedung parlemen dan sebuah rumah sakit pemerintah.
Polisi Quezon City mengajukan tuntutan tersebut di tengah ancaman hukum terpisah terhadap Duterte, yang sebelumnya secara terbuka mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr., istrinya Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika terjadi sesuatu padanya, seperti yang dilaporkan oleh Manila Times.
Tuntutan tersebut mencakup tuduhan serangan langsung, ketidakpatuhan, dan pemaksaan berat yang terjadi dalam insiden di gedung parlemen dan rumah sakit pemerintah, menurut pernyataan dari kepolisian.
Kantor Duterte menyatakan bahwa mereka akan memberikan tanggapan terhadap tuntutan tersebut.
Baca Juga: Wapres Duterte Ungkit Pembunuhan Aquino, Tantang Presiden Marcos: Saya Akan Melawan!
Dalam perkembangan lain, penasihat presiden Larry Gadon pada hari yang sama mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung untuk mencabut lisensi pengacara Duterte, terkait dengan ancaman pembunuhan yang dilontarkannya terhadap presiden dan tokoh lainnya.
Duterte menuduh Romualdez, yang merupakan sepupu Presiden Marcos, ingin melihatnya mati. Ia menganggap Romualdez sebagai "ancaman terbesar" terhadap ambisinya untuk mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilu 2028.
Marcos dan Duterte sebelumnya bersekutu dalam pemilu 2022, yang membawa mereka menjalani masa jabatan selama enam tahun. Namun, hubungan mereka mulai retak dalam beberapa bulan terakhir, yang menyebabkan Duterte mengundurkan diri dari kabinet Marcos, di mana ia sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan.