Suara.com - Hasil survei sejumlah lembaga pada beberapa hari menjelang pencoblosan Pilkada DKI Jakarta menunjukkan dominasi pasangan Pramono Anung-Rano Karno dalam Pilkada Jakarta 2024.
Seperti pada hasil survei Indikator Politik Indonesia, pasangan nomor urut 3 ini memimpin dengan elektabilitas 42,9 persen pada simulasi surat suara tatap muka dan 42,1 persen melalui telepon.
Tren positif ini juga terlihat dalam survei Indopolling Network yang mencatat elektabilitas pasangan ini di angka 48,4 persen, serta PolMark Indonesia yang menempatkan mereka di 40,3 persen.
Serupa dengan dua lembaga sebelumnya, berdasar hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) juga menunjukan bahwa pasangan Pramono-Rano mendapat dukungan sebanyak 46 persen. Sementara, Ridwan Kamil-Suswono memperoleh suara 39,1 persen.
Baca Juga: TPS Tempatnya Nyoblos Sepi, Cawagub Kun Wardana Minta Warga Gunakan Hak Pilih
Sementara di posisi akhir, pasangan independen Dharma-Kun elektabilitasnya berada di angka 5,1 persen.
Direktur Eksekutif SMRC, Deni Irvani menyebut keunggulan Pramono-Rano signifikan secara statistik dengan selisih 6,9 persen atas pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RK-Suswono).
"Jika pemilihan dilakukan hari ini, pasangan Pramono-Rano berpeluang besar menang," ujarnya.
Namun, berbagai survei juga menunjukkan perbedaan angka elektabilitas yang mengindikasikan dinamika preferensi pemilih.
Pada survei PolMark, Pramono-Rano mencatat kenaikan elektabilitas 9,2 persen sejak September, sementara RK-Suswono mengalami penurunan signifikan 16,5 persen.
Baca Juga: Balik ke Hambalang Usai Nyoblos, Prabowo Ikut Pantau Quick Count Pilkada
Meskipun memimpin, posisi Pramono-Rano belum sepenuhnya aman. Sebanyak 25 persen responden survei Indikator Politik Indonesia mengaku masih mungkin mengubah pilihan.
"Undecided voters menjadi penentu utama pada pekan terakhir kampanye," ujar Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi.
Menurut Dewi Arum Nawang Wungu dari Indopolling Network, undecided voters sebesar 9,2 persen dalam simulasi kertas suara menjadi kelompok krusial untuk diperebutkan.
Sementara survei PolMark menunjukkan 21,7 persen responden merahasiakan pilihan mereka.
Dari sisi popularitas, Rano Karno unggul dengan tingkat pengenalan mencapai 93 persen. Pramono Anung berada di posisi lebih rendah dengan 55 persen, namun tingkat penerimaannya mencapai 77 persen.
Sebaliknya, Ridwan Kamil lebih dikenal dengan prosentase mencapai 92 persen, tetapi tingkat penerimaannya sedikit lebih rendah, yakni 74 persen.
Deni Irvani menilai popularitas Rano sebagai ikon budaya menjadi keuntungan tersendiri.
"Rano Karno adalah tokoh yang sangat dikenal dan disukai masyarakat Jakarta, dengan tingkat penerimaan 92 persen," jelasnya.
Meskipun unggul di banyak survei, pasangan Pramono-Rano harus berhati-hati menghadapi undecided voters yang dapat mengubah peta elektabilitas.
RK-Suswono masih memiliki peluang untuk menyusul, terutama jika mampu memanfaatkan pengenalan Ridwan Kamil yang tinggi.
Dengan masa tenang dimulai, kedua pasangan harus memaksimalkan strategi di detik-detik terakhir kampanye.
"Hasil Pilkada DKI Jakarta 2024 tidak hanya ditentukan oleh elektabilitas, tetapi juga seberapa efektif para kandidat memobilisasi pemilih," katanya.
Bila melihat hasil survei yang dilakukan seminggu hingga beberapa hari menjelang hari pencoblosan, menunjukan Pilkada Jakarta bisa berjalan dua putaran.
Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) Arfianto Purbolaksono mengemukakan, kemungkinan Pilkada Jakarta berlangsung dua putaran cukup besar. Apalagi dalam sisi aturan, untuk menjadi Gubernur Jakarta harus memenangkan suara 50 persen plus 1.
"Meskipun dari survei terakhir yang dilakukan SMRC, keunggulan Pramono-Rano berselisih 7 persen dengan RK-Suswono, namun belum bisa melampaui 50 persen plus 1," katanya kepada Suara.com, Rabu (27/11/2024).
Selain itu, ia juga mengatakan ada faktor penentu lainnya, yakni belum terbaca tingkat partisipasi masyarakat dan swing voters.
Lebih jauh, Arfianto juga memrediksi kemungkinan partisipasi pemilih dalam Pilkada Jakarta 2024 juga bakal berkurang.
Sebagai contoh di Kampung Akuarium yang notabene merupakan basis pendukung Anies Baswedan, Arfianto mengungkapkan belum tentu mereka akan memilih dalam Pilkada Jakarta.
"Sebabnya, tokoh yang mereka inginkan tidak ikut dalam kontestasi politik," ujarnya.
Ia mengungkapkan, kemungkinan ada kekecewaan karena tidak bisa memilih Anies. Kondisi tersebut menurut Arfianto berbeda dengan kelompok Anak Abah dari kelas menengah yang cenderung ke Pramono-Rano.
"Indikasi (partisipasi pemilih) bisa lebih turun dari sebelum Pilkada tahun 2017," ujarnya.