Suara.com - Pemerintah Lebanon dan Israel telah menyetujui usulan dari AS untuk menghentikan konflik yang parah antara Israel dan kelompok Hizbullah, seperti diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden pada Selasa (26/11).
Kesepakatan ini direncanakan akan mulai diberlakukan pada Rabu pukul 4 pagi waktu setempat (0200 GMT). Dalam 60 hari ke depan, Angkatan Bersenjata Lebanon diharapkan akan "dikerahkan dan mengambil alih kontrol" atas wilayah selatan Lebanon.
"Selama periode ini, Israel secara bertahap akan menarik pasukannya yang tersisa," ujar Biden dalam pernyataan yang disiarkan secara langsung.
Biden menegaskan bahwa AS, bersama Prancis dan sekutu lainnya, berkomitmen untuk bekerja sama dengan Israel dan Lebanon guna memastikan pelaksanaan kesepakatan ini secara penuh.
Dia juga mengatakan bahwa meskipun tidak ada pasukan AS yang ditempatkan di selatan Lebanon, "Kami, bersama Prancis dan yang lainnya, akan memberikan dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa kesepakatan ini dilaksanakan sepenuhnya dan efektif."
Pada Senin (25/11), serangan udara Israel di Lebanon menewaskan setidaknya 55 orang, sehingga total jumlah korban tewas sejak Oktober 2023 menjadi 3.823, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon pada Selasa.
Sebanyak 160 orang lainnya terluka dalam 24 jam terakhir, meningkatkan total korban luka menjadi 15.859.
Serangan udara Israel di Beirut, serta daerah pinggiran dan provinsi selatan serta timur Lebanon, telah meningkat dalam intensitasnya, menyebabkan banyak korban tewas dan luka-luka.
"Ini adalah konflik paling mematikan antara Israel dan Hizbullah dalam beberapa dekade. Berapa banyak pemimpin senior Hizbullah yang telah tewas, termasuk pemimpin lama, Nasrallah?" tanya Biden, merujuk kepada Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangkaian serangan udara Israel di selatan Beirut pada bulan September.
Baca Juga: Kesepakatan Gencatan Senjata Hizbullah dan Israel Hampir Selesai? Qassem Hashem Ungkap Hal Ini
"Keamanan jangka panjang bagi rakyat Israel dan Lebanon tidak dapat dicapai hanya melalui kekerasan, sehingga saya memerintahkan tim saya untuk bekerja dengan pemerintah Israel dan Lebanon dalam merancang gencatan senjata untuk mengakhiri konflik ini," tambahnya.
Biden juga menyatakan bahwa dalam beberapa hari ke depan, AS, bersama Turki, Mesir, Qatar, Israel, dan negara-negara lainnya, akan mengupayakan gencatan senjata di Gaza untuk menghentikan serangan Israel di wilayah tersebut dan memfasilitasi pembebasan lebih dari 100 sandera yang masih ditahan di sana.
Ia juga menambahkan bahwa Washington siap untuk menyelesaikan serangkaian kesepakatan bersejarah dengan Arab Saudi yang mencakup perjanjian keamanan, jaminan ekonomi, serta jalur yang dapat diandalkan untuk mendirikan negara Palestina.
Kesepakatan ini juga termasuk normalisasi hubungan penuh antara Arab Saudi dan Israel, yang merupakan tujuan bersama kedua negara.
Seorang pejabat senior pemerintahan yang berbicara kepada wartawan secara anonim menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan kesepakatan ini, baik Lebanon maupun Israel tetap memiliki hak untuk membela diri sesuai dengan hukum internasional.
"Saya berharap Hizbullah tidak melanggar kesepakatan ini, dan saya juga berharap Israel tidak melanggarnya. Jika pelanggaran terjadi, saya berharap tentara Lebanon dan pasukan keamanan Lebanon dapat segera menangani masalah ini secara langsung dengan Israel," ujarnya.
"Kami berkomitmen agar pelaksanaan kesepakatan ini bebas dari pelanggaran. Jika pelanggaran terjadi, kami ingin mereka ditangani dengan efektif, efisien, dan tepat waktu," tambahnya.