Suara.com - Pemerintah Israel menyepakati gencatan senjata di wilayah Lebanon dengan Hizbullah. Tentunya, PM Israel Benjamin Netanyahu akan akhiri perang yang sudah menewaskan ribuan orang tersebut.
Kesepakatan gencatan senjata itu mulai berlaku pada tengah malam (waktu Israel) pada tanggal 27 November 2024.
Kabinet Keamanan Israel, badan pengambil keputusan tertinggi di bawah pemerintahan Israel, telah menyetujui gencatan senjata.
"Lamanya gencatan senjata tergantung pada apa yang terjadi di Lebanon. Kami akan menegakkan perjanjian dan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran. Kami akan terus bersatu sampai kemenangan," kata Perdana Menteri Netanyahu dalam pidatonya setelah perjanjian tersebut.
“Kami akan menyelesaikan tugas melenyapkan Hamas, kami akan memulangkan semua sandera kami, kami akan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel dan kami akan memulangkan penduduk wilayah utara dengan selamat. kami mewujudkan semua tujuannya, termasuk kembalinya penduduk wilayah utara dengan selamat. Dan saya beritahu Anda, hal ini akan terjadi, sama seperti yang terjadi di wilayah selatan,” tambah Netanyahu dilansir dari NDTV
Baca Juga: Dituduh Gila, Influencer China Konsumsi Pakan Babi Demi Konten
Ia kemudian memberikan 3 alasan mengapa Israel menyetujui gencatan senjata:
“Alasan pertama adalah fokus pada ancaman Iran, dan saya tidak akan memperluasnya,"
Alasan kedua adalah untuk memberi istirahat pada pasukan kita dan mengisi kembali persediaan. Dan saya mengatakannya secara terbuka, bukan rahasia lagi bahwa terjadi penundaan besar dalam pengiriman senjata dan amunisi.
Keterlambatan ini akan segera teratasi. Kami akan menerima pasokan persenjataan canggih yang akan menjaga keamanan prajurit kami dan memberi kami lebih banyak kekuatan serangan untuk menyelesaikan misi kami.
Dan alasan ketiga dilakukannya gencatan senjata adalah untuk memisahkan garis depan dan mengisolasi Hamas. Sejak hari kedua perang, Hamas mengandalkan Hizbullah untuk berperang di sisinya.
Baca Juga: Pakistan di Ambang Perang Saudara Mulai dari Imran Khan, Protes Berdarah dan Kekuasaan Militer
Dengan tidak adanya Hizbullah, Hamas dibiarkan sendiri. Kami akan meningkatkan tekanan terhadap Hamas dan itu akan membantu kami dalam misi suci kami untuk membebaskan sandera kami.”