Gencatan Senjata Tak Kunjung Disepakati, AS Ancam Akan Menarik diri dari Mediasi antara Israel-Lebanon

Bella Suara.Com
Selasa, 26 November 2024 | 04:05 WIB
Gencatan Senjata Tak Kunjung Disepakati, AS Ancam Akan Menarik diri dari Mediasi antara Israel-Lebanon
Ilustrasi - Seorang warga menatap kehancuran pasca serangan Israel di Mreijeh, pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Jumat (4/10/2024). [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Amos Hochstein, memberikan ultimatum keras kepada Israel terkait proposal gencatan senjata dengan Lebanon.

Jika Tel Aviv tidak merespons secara positif, Hochstein mengancam akan menarik diri dari peran mediasi yang selama ini dia jalankan antara kedua pihak yang terlibat dalam konflik.

Dalam laporan Channel 13 Israel pada Minggu (24/11), disebutkan bahwa Hochstein telah menginformasikan kepada Duta Besar Israel untuk AS, Michael Herzog, bahwa Amerika Serikat tidak akan melanjutkan perannya dalam proses mediasi jika Israel tidak menerima proposal gencatan senjata yang diajukan. 

Sebelumnya, pada Selasa (19/11), Hochstein melakukan kunjungan ke Beirut dan bertemu dengan pejabat Lebanon, sebelum melanjutkan perjalanannya ke Israel.

Baca Juga: Tiga Tersangka Ditangkap Usai Pembunuhan Rabbi Israel di UAE, Netanyahu Berjanji Akan Melakukan Penyelidikan Mendalam

Langkah mediasi ini dilakukan oleh AS untuk mendorong tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, kelompok militan Lebanon yang menjadi pihak terlibat.

Proposal ini mendapatkan dukungan penuh dari AS terkait agresi yang dilakukan Israel terhadap Gaza dan Lebanon, namun situasi di lapangan tetap tegang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat mengajukan syarat gencatan senjata yang kontroversial, yaitu kebebasan untuk melakukan operasi militer di Lebanon selatan.

Namun, syarat ini ditolak oleh Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang sebelumnya telah meninjau proposal tersebut. 

Di sisi lain, Hizbullah, melalui Wakil Sekretaris Jenderalnya, Sheikh Naim Qassem, menyatakan bahwa pihaknya siap bernegosiasi dengan dua syarat: penghentian agresi Israel secara total dan perlindungan terhadap kedaulatan Lebanon.

Baca Juga: Drone Hizbullah vs Rudal Israel, Perang Teknologi Canggih Membara di Timur Tengah

Dalam perkembangan lain, pejabat senior Israel menyatakan bahwa Israel berada di ambang mengakhiri konflik di Lebanon, dengan harapan kesepakatan gencatan senjata dapat tercapai dalam beberapa hari mendatang.

Kesepakatan sementara ini diharapkan akan diikuti dengan perjanjian permanen dengan Lebanon.

Namun, meskipun harapan akan tercapainya gencatan senjata muncul, konflik ini telah menimbulkan dampak tragis. Lebih dari 3.600 orang tewas, lebih dari 15.300 terluka, dan hampir satu juta orang terpaksa mengungsi sejak dimulainya perang pada Oktober tahun lalu.

Israel juga terus melanjutkan serangan udara di Lebanon, menargetkan apa yang mereka klaim sebagai sasaran Hizbullah, sebagai bagian dari eskalasi konflik yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun.

Jika kesepakatan gencatan senjata dapat tercapai, ini akan membuka peluang bagi Israel untuk fokus pada operasi-operasi lain, seperti di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, serta mengembalikan stabilitas ekonomi di kawasan tersebut.

Namun, masa depan perdamaian di Lebanon dan Gaza masih sangat tergantung pada keputusan-keputusan politik yang diambil oleh kedua belah pihak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI