Suara.com - Presiden RI Prabowo Subianto diingatkan untuk berani menjaga jarak secara tegas atas pengaruh mantan presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, hal itu dinilai belum ditunjukan Prabowo dalam menjalankan pemerintahannya saar ini, terlihat dari penempatan sejumlah orang-orang kepercayaan Jokowi di pemerintahan.
"Prabowo harus menarik garis yang tegas dong dengan Jokowi dalam konteks apa pun. Karena meakipun sekarang rezim pemerintahan baru, tapi rasanya bayang-bayang itu masih terus ada, terlihat dari penyusunan kabinet dan beberapa hal lainnya," kritik peneliti senior Centra Initiative Al Araf dalam diskusi publik di Jakarta, Senin (25/11/2024).
Menurut Al, kemesraan politik antara Prabowo dan Jokowi saat ini bak penentu sosok mana yang paling top di antara keduanya.
"Kalau kemesraannya sampai lima tahun ke depannya, berarti Jokowi top lah, Prabowo gak ada apa-apanya, tuh. Tapi kalau kemesraannya selesai di enam bulan, Prabowo yang top. Artinya dia berani mengambil ruang dan sikap dalam kontestasi politik, Pilkada, dan lain sebagainya," imbuh Al.
Pemerintahan Prabowo yang masih dibayang-bayangi oleh Jokowi tersebut sebenarnya tidak mudah dianalisis. Pengamat politik Ray Rangkuti turut menyampaikan, 'ketergantungan' sikap politik Prabowo itu terlihat dari beberapa kali dia berkunjung ke kediaman Jokowi di Solo untuk membahas Pilkada.
"Jadi apa yang membuat Pak Prabowo belum terlihat lepas benar dari pengaruh Pak Jokowi, menurut saya, itu yang masih jadi pertanyaan," kata Ray.
Akan tetapi, Ray menilai kalau momen Pilkada bisa jadi titik balik Prabowo untuk menyadari kalau pengaruh Jokowi mulai lemah.
"Setidaknya melalui Pilkada boleh jadi setelah di Jawa Tengah, di Jakarta responsnya enggak terlalu positif. Itu mungkin awal yang membuat Pak Prabowo lebih yakin untuk mengatakan kayaknya era Pak Jokowi ini sudah mulai agak pudar. Mungkin sejak itu akan ada sikap dan tindak politik yang berbeda," ujarnya.