Filipina Memanas, Wapres Duterte Berencana Bunuh Presiden Jika Ia Dibunuh

M Nurhadi Suara.Com
Sabtu, 23 November 2024 | 17:43 WIB
Filipina Memanas, Wapres Duterte Berencana Bunuh Presiden Jika Ia Dibunuh
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr sampaikan pidato kenegaraan perdana, Senin (25/7/2022). (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keretakan politik dalam koalisi penguasa Filipina semakin dalam setelah Wakil Presiden Sara Duterte mengeluarkan pernyataan bahwa dia telah merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr. jika dirinya dibunuh, menurut media setempat.

Dalam pernyataan yang memicu reaksi keras dari pihak kepresidenan, Duterte mengatakan dia telah mengatur seseorang untuk membunuh Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos, dan sepupunya, Ketua DPR Martin Romualdez, jika dia terbunuh. Pernyataan kontroversial itu pertama kali dilaporkan oleh media Inquirer.net.

"Saya sudah berbicara dengan seseorang. Saya mengatakan kepada orang itu, 'Jika mereka membunuh saya, bunuh Bongbong Marcos, Liza Araneta, dan Martin Romualdez.' Tidak bercanda, tidak bercanda. Saya sudah memberi petunjuk," kata Duterte dalam konferensi pers daring yang diadakan Jumat malam, seperti yang dikutip dari Anadolu via Antara.

Istana kepresidenan menanggapi dengan tegas, menyebut pernyataan itu sebagai ancaman aktif terhadap nyawa presiden.

Baca Juga: Mary Jane Veloso Pulang Kampung! Pengacara Desak Marcos Segera Beri Grasi

“Menindaklanjuti pernyataan jelas dan tegas dari Wakil Presiden bahwa dia telah mengontrak seorang pembunuh untuk membunuh Presiden jika rencana dugaan terhadap dirinya berhasil, Sekretaris Eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini kepada Komando Keamanan Presiden untuk segera ditindaklanjuti dengan tindakan yang tepat," bunyi pernyataan dari istana.

“Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, apalagi ancaman ini telah diungkap ke publik dengan kata-kata yang jelas dan pasti,” tambah pernyataan itu.

Pernyataan tersebut menandai titik terendah baru dalam hubungan antara kedua pemimpin yang semakin mempertegas perpecahan dalam koalisi pemerintahan.

Duterte mengundurkan diri dari jabatannya di Kabinet pada Juni dengan alasan perbedaan pandangan dengan Marcos, meskipun dia tetap menjabat sebagai wakil presiden.

Baca Juga: Pulang ke Filipina, Mary Jane Veloso Menanti Grasi dari Presiden Marcos

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI