Suara.com - Pemerintah Iran nampaknya tidak akan 'mundur sejengkal pun' ketika berperang dengan Israel, namun mereka membuka peluang berunding dengan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.
Asisten Menteri Luar Negeri Iran urusan politik Majid Takht Ravanchi menyampaikan, bahwa saat ini pihaknya tidak akan mengalah namun akan membuka peluang komunikasi dengan Trump.
Iran "mendukung negosiasi" namun akan merespons tekanan maksimum dengan 'perlawanan maksimum,' ujar diplomat senior tersebut seperti dikutip surat kabar Financial Times.
Taktik tekanan maksimum Trump disebut ditujukan untuk menekan Iran menandatangani kesepakatan nuklir baru pengganti Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Baca Juga: Iran Desak Israel Dikeluarkan dari PBB dan Organisasi Internasional
Trump, menurut laporan Financial Times, berencana untuk mencapai tujuan tersebut secara khusus dengan menghadang pendapatan Iran dari minyak.
Pada 2015, Iran menandatangani JCPOA bersama China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, serta Uni Eropa, dengan menyetujui untuk memperkecil program nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sanksi internasional.
Setelah itu pada 2018, Trump pada masa pertama pemerintahannya menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran sebagai bagian dari gerakan untuk memberikan tekanan maksimum". [Antara].