Suara.com - Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail Al-Thawabta, menyatakan bahwa militer Israel terus melakukan pelanggaran dan kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Gaza.
Al-Thawabta menggambarkan kondisi di utara Gaza sebagai krisis serius, dan menekankan bahwa banyak korban luka tidak mendapatkan perawatan yang diperlukan di rumah sakit, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita Palestina Safa pada Jumat lalu.
Ia mendesak Dewan Keamanan PBB dan masyarakat internasional untuk menekan rezim Israel agar menghentikan tindakan kekerasannya terhadap penduduk setempat.
Al-Thawabta juga menyoroti bahwa selama dua puluh hari terakhir, Israel telah menghalangi masuknya barang dan material ke Jalur Gaza utara.
Baca Juga: PBB: Aksi Israel di Gaza Berciri Genosida, Gunakan Kelaparan Sebagai Senjata
Laporan dari media Palestina mengindikasikan bahwa pengeboman artileri dan serangan udara Israel di Beit Lahia dan kamp pengungsi Jabalia masih berlangsung, dengan fokus pada gedung-gedung tempat tinggal.
Perang di Gaza oleh rezim Zionis dimulai pada 7 Oktober 2023, setelah serangan mendadak oleh Hamas sebagai respons terhadap kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina selama tujuh dekade.
Israel telah menerapkan pengepungan total yang mengakibatkan pemutusan pasokan bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta penduduk.
Lebih dari 43.700 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dilaporkan tewas, dengan lebih dari 103.000 lainnya mengalami luka-luka, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Rezim Zionis kini juga menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional terkait konflik yang mematikan ini di Gaza.
Baca Juga: PBB: Krisis Kemanusiaan Gaza Memuncak, Israel Dituding Langgar Hukum Internasional