Suara.com - Aksi demonstrasi yang digelar oleh Front Rakyat Papua Anti-Transmigrasi (FRPAT) di Nabire, Papua, Jumat (15/11/2024), berujung ricuh.
Demonstrasi ini dilakukan untuk menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) dan program transmigrasi, yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat asli Papua.
Namun, aksi tersebut dibubarkan secara paksa oleh aparat gabungan TNI-Polri.
Menurut salah satu peserta aksi yang menjadi saksi kejadian, Yulian Boma, massa mulai berkumpul dan berorasi di Pasar Karang Tumaritis sejak pukul 09.00 Waktu Papua.
Baca Juga: Massa FRPAT Gelar Aksi Tolak Transmigrasi: Papua Bukan Tanah Kosong!
Mereka menyuarakan penolakan terhadap program yang dinilai akan merugikan masyarakat lokal. Namun, tak lama setelah itu, aparat kepolisian dan TNI turun ke lokasi dan mengadang para demonstran.
"Koordinator lapangan (Korlap) dan lima teman lainnya ditangkap oleh polisi di Pasar Karang Tumaritis," ujar Yulian saat diwawancarai oleh Suara.com, Jumat (15/11/2024).
Setelah upaya pembubaran, situasi semakin memanas. Massa aksi diadang dan dikejar hingga ke wilayah Karang Barat. Bahkan, aparat menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa yang melarikan diri.
"Polisi membuang gas air mata dan peluru karet. Salah satu teman kami terkena peluru karet di bagian pinggang, meskipun hanya luka ringan," kata Yulian.
Bentrok semakin meluas hingga ke Jalan Ismael, Karang Barat. Massa aksi dan aparat sempat terlibat saling lempar batu sebelum massa dikejar hingga ke dalam rumah warga di sekitar lokasi.
Baca Juga: Tokoh Pemuda Papua Tengah Imbau Masyarakat Jaga Netralitas dalam Pemilu
"Aparat menembakkan gas air mata sekitar sembilan kali. Peluru karet mengenai satu orang, dan tembakan lainnya mengenai area sekitar kami," tambah Yulian.
Hingga berita ini diturunkan, aparat keamanan masih berjaga ketat di sekitar Pasar Karang Tumaritis. Belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait insiden ini.
Kontributor : Elias Douw