Patriarki Masih Kuat
Akar-akar patriarki yang masih berkembang saat ini biasanya disebabkan misalnya oleh pendidikan yang belum tinggi. Selain itu, wawasan keberagaman yang belum luas sehingga belum memiliki kesadaran.
"Kondisi ibu Rohmi dan pasangan calon perempuan lainnya dihadapi lebih berat daripada laki-laki," katanya.
Para calon pemimpin perempuan harus juga menghadapi misoginis yang ada di tengah masyarakat. Karena perempuan juga maju sebagai salah satu kandidat pada kontestasi pilkada saat ini dari tingkat provinsi hingga kabupaten
"Tidak bisa dinafikan pandangan mendeskreditkan perempuan itu masih banyak di level masyarakat kita. Ada level masyarakat yang tidak tahu. Dia tidak memiliki pengetahuan tentang itu dan terefleksikan perilakunya," katanya.
Perjuangan tentang kesetaraan ini masih menjadi pekerjaan rumah. Karena kesetaraan bukan saja tentang jenis kelamin melainkan juga untuk hal-hal yang lainnya termasuk kesempatan.
"Jadi tidak fokus pada jenis kelamin saja tetapi sekarang juga ada GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion)," katanya.
Namun pada pilkada serentak tahun ini sudah ada kemajuan jika dibandingkan dengan kontestasi politik tahun-tahun sebelumnya terutama dalam hal keterlibatan perempuan.
Dimana periode sebelumnya keterlibatan perempuan di NTB untuk maju menjadi calon pemimpin baik di posisi nomor satu atau dua masih sangat minim.
Baca Juga: RK Blusukan ke Jakarta Utara, Warga Curhat Kurang Bantuan untuk Nelayan Hingga Air Bersih
"Pada zaman sebelumnya ini tidak banyak kan. Tahun 2018 itu tidak sebanyak ini kontestan perempuan. Sekarang ini kita sudah lebih banyak dan ini kita akui sudah ada kemajuan," ungkapnya.