Penulisan Sejarah Indonesia Masih Terlalu Maskulin, Pahlawan Perempuan Dinilai Masih Terpinggirkan

Rabu, 13 November 2024 | 20:16 WIB
Penulisan Sejarah Indonesia Masih Terlalu Maskulin, Pahlawan Perempuan Dinilai Masih Terpinggirkan
Ilustrasi Pahlawan Nasional Indonesia (Wikipedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peran pahlawan perempuan disebut belum terlalu diangkat dalam sejarah Indonesia. Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan terhadap Perempuan bahkan mencatat kalau penulisan sejarah bangsa hingga saat ini masih menggunakan pendekatan yang sangat maskulin.

Itu sebabnya, materi sejarah saat ini jarang menampilkan peran para perempuan pahlawan. Komisioner Komnas Anti Kekerasan terhadap Perempuan Veryanto Sitohang menyebutkan, tokoh pahlawan nasional yang selama ini ditonjolkan masih didominasi oleh laki-laki.

"Karena dalam perspektif masyarakat kita bahwa laki-laki ini sesuai yang gagah, perkasa, dan dia berkontribusi banyak untuk bangsa ini,” kata Very dalam webinar di Jakarta, Rabu (12/11/2024).

Sementara itu, tokoh perempuan seringkali dianggap hanya sebagai pendukung bahkan berpotensi untuk dilupakan dan tidak diakui. Padahal faktanya, kata Very, banyak tokoh perempuan Indonesia yang memiliki kontribusi dalam kemerdekaan juga pembangunan bangsa.

Baca Juga: Mengenang Jasa Jendral Sudirman di Museum Sasmitaloka Jogja

"Penulisan sejarah penting untuk dituturkan dengan menggunakan perspektif perempuan," ujarnya.

Very menegaskan bahwa kiprah tokoh-tokoh perempuan sebenarnya juga setara dengan yang dilakukan para pahlawan laki-laki. Itu sebabnya, seharusnya tidak ada lagi ketimpangan dalam menuliskan sejarah bangsa antara laki-laki dan perempuan.

Very menuturkan bahwa penting untuk mengembangkan penulisan sejarah dari sudut pandang perempuan sehingga tidak terjebak pada cerita sejarah yang diangkat hanya dari sudut pandang maskulin atau laki-laki.

“Kiprah perempuan harus mainstream, sama seperti kiprah laki-laki pahlawan lainnya. Dan kami berharap, pemerintah proaktif untuk mengenalkan, mengembangkan, dan mendokumentasikan kisah-kisah perempuan pahlawan ini,” kata dia.

Data dari Kementerian Sosial (Kemensos), hingga tahun 2023 tercatat sebanyak 206 pahlawan yang diberikan gelar oleh negara. Namun, ujar Very, hanya 16 tokoh perempuan yang diakui dari total 206 pahlawan nasional tersebut.

Baca Juga: Pilgub NTB: Tak Ada yang Berani Bicara Isu Perempuan, Para Calon Gubernur Dinilai Cari Aman

“Kami berharap pahlawan perempuan siapapun ada di antara pahlawan-pahlawan yang akan diberikan gelar pahlawan pada tahun 2024,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI