''Saya seorang penulis fiksi ilmiah dan saya tidak geli bahwa ide mengerikan untuk mengangkat rahim seorang gadis digambarkan sebagai fiksi ilmiah, sementara saya juga tidak senang dengan ide untuk memaksanya menikah dan melahirkan - dengan hukuman yang menyertainya,'' katanya.
Krisis fertilitas Jepang merupakan masalah yang mendesak, dengan negara tersebut berjuang untuk mengatasi tantangan populasi yang menua dan tenaga kerja yang menyusut.
Usulan ini mengikuti langkah-langkah kontroversial lainnya yang bertujuan untuk mendorong pernikahan dan prokreasi, seperti insentif bagi perempuan untuk menikahi laki-laki dari daerah pedesaan, yang juga mendapat kecaman karena dianggap tidak peka dan terlalu menyederhanakan keadaan.
Jepang mencatat 350.074 kelahiran antara Januari dan Juni, 5,7 persen lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan awal Kementerian Kesehatan.