Terbanyak di Indonesia, Guru Besar FKUI Wanti-wanti Prabowo soal Kasus TB: Situasi di Dunia Masih Jauh dari Harapan

Selasa, 12 November 2024 | 10:52 WIB
Terbanyak di Indonesia, Guru Besar FKUI Wanti-wanti Prabowo soal Kasus TB: Situasi di Dunia Masih Jauh dari Harapan
Prabowo Subianto menghadiri Forum Bisnis Indonesia-China pada 10 November 2024 di Beijing.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan bahwa pemerintahan Prabowo Subianto bahwa pengendalian penyakit tuberkulosis alias TB bisa menjadi tidak akan mudah.

Perkiraan itu berkaca dari penanganan tuberkulosis yang juga menjadi perhatian global, termasuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. 

"Hingga kini tuberkulosis (TB) masih jadi masalah kesehatan amat penting dunia. Jumlah kasus baru di dunia lebih dari 10,8 per tahun, dan Indonesia menempati urutan kedua penyumbang kasus TB terbanyak di dunia. Juga, dunia ada satu seperempat juta orang yang meninggal karena TB di tahun 2023," kata prof Tjandra dalam keterangannya kepada Suara.com, Selasa (12/11/2024). 

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas YARSI.   (Dok: Istimewa)
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas YARSI. (Dok: Istimewa)

Mengingat Presiden Prabowo memasukan penanganan tuberkulosis sebagai salah satu masalah prioritas, prof Tjandra berharap agar pemerintah lakukan upaya  cepat dalam 100 hari pertama kepemimpinan. Salah satu target yang perlu dicapai ialah menemukan dan mengobati 90 persen pasien tuberkulosis.

Baca Juga: Bujuk 25 Perusahaan Kakap jadi Investor, Prabowo Puji-puji AS: Amerika Sangat Terlibat di Perekonomian Indonesia

Selain itu, memberikan terapi pencegahan tuberkulosis pada 90 persen masyarakat yang berisiko terinfeksi. Hal tersebut sama dengan target yang digaungkan oleh WHO kepada seluruh negara.

Di tingkat dunia, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom mengeluarkan pernyataan bersama dengan “WHO Civil Society Task Force on TB” yang menegaskan kembali empat target yang harus dicapai dunia dalam pengendalian TB pada tahun 2027.

Tenaga kesehatan melakukan skrining tuberkulosis terhadap warga di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis (9/2/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Tenaga kesehatan melakukan skrining tuberkulosis terhadap warga di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis (9/2/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Pertama, dunia harus mampu menemukan dan mengobati 90 persen pasien TB . Kedua, setiap negara harus mampu memberi terapi pencegahan tuberkulosis pada 90 persen orang yang membutuhkannya. Ketiga, 100 persen penggunaan tes cepat untuk diagnosis tuberkulosis. Keempat, tersedianya setidaknya satu vaksin TB dalam lima tahun kedepan.

"Berbagai target di atas jelas membutuhkan kerja amat keras, karena situasi di dunia kini masih cukup jauh dari harapan," kata prof Tjandra. 

Tantangan serupa bukan tidak mungkin juga dialami pemerintah Indonesia. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menyebutkan bahwa baru 48 persen pasien dunia didiagnosis TB dengan menggunakan tes cepat yang direkomendasikan WHO, padahal targetnya harusnya 100 persen di tahun 2027. 

Baca Juga: Demi Bongkar Siapa Pemilik Asli Fufufafa, Dosen UGM Dukung Roy Suryo Polisikan Intan Srinita: Jadi Makin Seru

Cakupan pengobatan TB dunia pada 2023 juga baru 75 persen. Dalam waktu tiga tahun harus mencapai 90 persen. Sementara itu, oemberian terapi pencegahan tuberkulosis di dunia untuk kontak yang mungkin tertular di dalam rumah tangga bahkan baru mencapai 21 persen, jauh dari target 90 persen yang harus dicapai pada 2027. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI