Blumenthal menuturkan bahwa dengan menyediakan miliaran dolar dalam bentuk senjata ke Israel sejak 7 Oktober 2023, AS telah memungkinkan Israel untuk melanggar hukum humaniter internasional dan hukum AS.
Menurutnya, AS menjadi pihak yang turut berkompromi dalam kejahatan perang di Jalur Gaza dan bisa dianggap sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab atas tindakan genosida tersebut.
Blumenthal mencatat bahwa meskipun ada surat dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken yang meminta agar minimal 350 truk bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza setiap hari, Israel hanya mengizinkan lewat 71 truk.
Ia menekankan bahwa menurut hukum AS, negara yang menghalangi bantuan kemanusiaan seharusnya dikenakan sanksi pemutusan pasokan senjata, tetapi ia meragukan kemungkinan Washington akan menjatuhkan sanksi kepada Israel.
Mengacu pada laporan Washington Post tanggal 1 November yang menunjukkan bukti kematian warga sipil di Gaza akibat senjata buatan AS, Blumenthal menyatakan bahwa laporan tersebut menyajikan bukti konkrit.
Dia menambahkan bahwa sisa-sisa bom buatan AS ditemukan di tempat penampungan di Beit Lahiya, di mana hampir 100 orang tewas.
Blumenthal juga mengatakan bahwa wartawan pertahanan di Washington menerima informasi dari Pentagon dan diperingatkan bahwa jurnalis mungkin kehilangan pekerjaan jika mereka memprotes.
Ia menegaskan bahwa AS memanfaatkan kekuatannya di PBB dan dukungan dari negara-negara Eropa yang berada di bawah pengaruhnya untuk melindungi Israel dari akuntabilitas dan menghalangi upaya untuk menghentikan genosida.
Baca Juga: Serangan Drone Ukraina Hantam Pabrik Amunisi di Rusia Tengah