Suara.com - Di balik ketegasan seorang Presiden Prabowo Subianto, rupanya ada kelembutan yang mungkin tidak begitu terlihat selama ini.
Ahli Epidemiologi sekaligus aktivis sosial, Dokter Tifa baru-baru ini mengungkap kepribadian yang dimiliki oleh Presiden Prabowo.
Menurut Dokter Tifa, Presiden Republik Indonesia ke-8 ini memiliki kepribadian ganda yang bertolak belakang jauh bak Sabang dan Merauke.
“Presiden Prabowo inikan orang yang kalau secara kepribadian itu kombinasi antara kolerik dan melankolik,” sebut Dokter Tifa, dikutip dari youtube Refly Harun, Jumat (8/11/24).
Baca Juga: Kunker Perdana ke China, Presiden Prabowo Dihadiahi Bunga Buket dari Anak Kecil
Dokter Tifa menilai jika Presiden Prabowo memiliki kepribadian Kolerik dimana jiwa kepemimpinannya sangat tegas tiada tanding.
Sementara itu, di sisi lain Presiden Prabowo juga memiliki kepribadian Melankolik, yang secara tidak langsung berbanding terbalik dengan Kolerik.
“Kolerik itu kepemimpinan, jadi leader gitu, singa lion gitu, cenderung tegas, bengis. Tapi sebaliknya beliau juga melankolik gitu, punya kucing kesayangan Boby Kertanegara,” urainya.
Dokter Tifa juga menyebut bahwa Presiden Prabowo yang terlihat tegas serta garang ini rupanya memiliki jiwa yang lembut hatinya.
“Beliau inikan lahir di shio kelinci, jadi berkecenderungan lembut hatinya,” katanya.
Baca Juga: Berapa Harga GWM Tank 500 HEV, Mobil Dinas Presiden Saat Berkunjung ke Papua
Meski demikian, kepribadian Kolerik yang dimilikinya itu menjadi pengantar Presiden Prabowo menjadi pemimpin dari dulu, seperti menjadi seorang komandan.
“Tetapi kalau kita melihat beliau sebagai mantan jenderal, itukan kelihatan sekali beliau kolerik ya, memimpin,” ujarnya.
“Sebab kalau nggak kolerik nggak bakalan jadi komandan,” tambahnya.
Menurut Dokter Tifa, kepribadian kolerik yang dimiliki oleh Presiden Prabowo sangat bagus dimanfaatkan untuk menghadapi situasi dan kondisi Indonesia saat ini yang begitu mengkhawatirkan.
“Nah jadi ini ada paradoks di sini, itu sangat bagus seandainya beliau bisa menggunakannya sebagai sebuah energi sebuah kekuatan untuk bisa mengendalikan segala situasi yang saat ini bener-bener carut marut gitu,” sebutnya.
“Jadi ibarat kata 10 tahun itu orang pada berpesta pora meninggalkan piring-piring kotor dengan segala macam makanan yang udah basi, utang pula karena yang dimakan nggak dibayar Rp 10 ribu Trilliun lebih bahkan kan,” tandasnya.
Kontributor : Kanita